Stylo Indonesia - Setiap perempuan terlahir memiliki kecantikan dan keunikannya masing-masing.
Sebagai makhluk sosial, terutama perempuan, melihat adanya perbedaan yang mencolok pada orang lain dapat menimbulkan perhatian dan reaksi berlebihan.
Ditambah standar kecantikan yang selalu menyamaratakan bahwa perempuan yang cantik adalah berkulit putih, memiliki rambut panjang lurus dan tubuh yang langsing.
Alhasil, banyak perempuan yang tidak sesuai dengan standar kecantikan dan memiliki perbedaan terlalu mencolok akhirnya menerima perilaku body shaming.
Maka dari itu, pentingnya mencintai diri sendiri yang kini semakin disuarakan oleh banyak orang hingga menjadi kampanye bahkan slogan perusahaan.
Meski mencintai diri sendiri gampang diucapkan, namun nyatanya hal tersebut sulit untuk dilakukan, terlebih memiliki perbedaan yang mencolok sejak lahir.
Yup, hal itulah yang dialami Anastasya Patricia Kilis, narasumber #InspirasiCantik kali ini yang terlahir dengan kondisi albino.
Memiliki perbedaan warna kulit yang mencolok dengan orang lain membuat perempuan cantik keahiran 03 Mei 2002 ini merasa insecure akibat sering menerima perilaku body shaming sejak kecil.
Hingga pada suatu titik, perempuan cantik yang akrab dipanggil Ana ini memutuskan untuk menerima dan mencintai dirinya sendiri.
Dengan mencintai dirinya sendiri, kini Ana berubah menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan fokus mengembangkan potensi dirinya.
Dari Ana, Stylovers dapat belajar dari pengalaman hidupnya bahwa insecure dan membenci diri sendiri tidak akan memberikan dampak yang baik dan positif bagi kehidupan kita.
Selain itu, Stylovers juga bisa belajar lebih menghargai diri sendiri dari pengalaman Ana menghadapi perilaku body shaming yang dialaminya sejak kecil.
Yuk, simak kisah inspiratif dari Anastasya Patricia Kilis, narasumber #InspirasiCantik kali ini.
Alami Body Shaming Sejak Kecil Karena Perbedaan #InspirasiCantik
Saat Ana masih Kecil, ia tidak merasakan adanya perbedaan dirinya dengan orang lain.
Seiring berjalannya waktu, Ana mulai menyadari ada yang berbeda dengan dirinya dari tatapan orang lain.
“Ketika saya masih kecil, saya tidak peduli jika orang mengejek atau mengomentari warna kulit saya, karena saya tidak mengerti apa maksud mereka. Namun, ketika saya tumbuh dewasa, saya mulai melihat bahwa secara fisik saya berbeda dari orang lain,” ujar Ana mengawali ceritanya.
Tumbuh menjadi gadis remaja, Ana mulai menyadari bahwa dirinya berbeda ketika melihat warna kulitnya yang mencolok dan sering menerima perilaku body shaming dari orang lain.
Ditambah, ia belum pernah bertemu orang memiliki warna kulit yang sama dengan dirinya.
Hal itulah yang membuat Ana semakin bingung dan tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya hingga harus menerima perilaku body shaming sejak kecil hingga remaja.
“Awalnya, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh saya. Memasuki bangku sekolah menengah, saya memutuskan untuk mencari tahu jawabannya mengapa saya berbeda dengan orang lain yang saya lihat di sekitar saya. Kemudian saya menemukan bahwa saya memiliki albinisme,” cerita Ana penuh haru pada Livi Stylo.
Ana pun mengetahui bahwa kondisinya yang disebut albinisme merupakan kelainan fisik dalam produksi melanin yang mengakibatkan pigmen kulit sebagian atau seluruhnya hilang.
Sejak saat itu, akhirnya Ana mengetahui penyebab mengapa dirinya memiliki warna rambut, kulit, dan bulu mata yang tampak pucat.
“Orang yang memiliki albinisme disebut albino. Saya tidak begitu tahu apa yang menyebabkan saya menderita albinisme. Namun, kelainan ini mungkin terjadi karena faktor genetik mengingat nenek buyut saya juga seorang albino,” ungkap Ana.
Perjalanan Berjuang Mencintai Diri Sendiri dengan Perbedaan yang Dimiliki #InspirasiCantik
Dirasakan Ana, perbedaan fisiknya sangat mempengaruhi dirinya saat beraktivitas sehari-hari.
“Terlalu banyak sinar matahari akan merusak kulit ultrasensitif saya. Saya juga menarik banyak tatapan ingin tahu saat berada di luar. Mungkin karena kebanyakan orang belum pernah melihat albino sebelumnya. Saya sering menjadi pusat perhatian, tetapi tidak secara positif. Saya juga sering ditanyai pertanyaan aneh, seperti apa yang dimakan ibu saya saat dia hamil sehingga saya terlahir sebagai albino. Bahkan, ada beberapa yang ingin berfoto dengan saya,” tuturnya.
Tak hanya itu, beberapa temannya di sekolah mengungkapkan mereka tidak merasa nyaman dengan perbedaan yang dimiliki Ana.
“Mereka memberi saya julukan yang menyakitkan seperti "turis yang tersesat ke desa" atau "mayat berjalan". Ketika saya mendengar ejekan mereka, saya menangis dan tidak dapat menerima kondisi saya. Meski saya tahu bahwa perbedaannya adalah secara fisik, saya tidak dapat memahami mengapa orang-orang bereaksi seperti itu kepada saya,” cerita Ana penuh haru.
Untungnya, Ana dapat menemukan teman sejati di luar lingkungan sekolahnya yang tidak melihat atau memperlakukan dirinya secara berbeda dengan orang lain.
Akhirnya, Ana juga tidak merasa sendirian lagi dengan perbedaan yang dimilikinya berkat teman-temannya di Komunitas Albino Indonesia.
Melalui komunitas ini, Ana senang dapat mengenal orang lain seperti dirinya yang dapat berbagi cerita, bertukar nasihat dan saling menyemangati satu sama lain.
“Saya juga berterima kasih kepada orang tua yang dengan sabar mendengarkan perjuangan saya dan terus mengingatkan saya bahwa saya tidak berbeda dengan teman-teman saya. Saya masih dapat melakukan semua hal yang mereka bisa lakukan,” pesan Ana kepada orang tua tercinta.
Keduanya juga meyakinkan Ana bahwa ia tidak perlu marah ketika ada yang menghinanya, karena pada dasarnya penghinaan tersebut adalah cara orang lain menunjukkan perhatian kepada dirinya, meski dilakukan dengan cara yang salah.
“Mereka juga mengajari saya untuk terus meminta kekuatan dari Tuhan. Hal ini memicu tekad dalam diri saya untuk tidak berkubang dalam kekecewaan, kesedihan, dan kemarahan atas situasi saya, tetapi menyalurkan energi saya untuk mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan Tuhan bagi saya,” ujar Ana.
Pada akhirnya, Ana menyadari bahwa Tuhan memiliki rencana terbaik untuk hidupnya dengan perbedaan yang dimilikinya.
“Dia tidak membuat saya karena kesalahan. Dia juga tidak meninggalkan saya sendirian dalam perjuangan saya mencintai diri sendiri seutuhnya, Dia mengelilingi saya dengan teman dan orang tua yang suportif yang selalu ada untuk saya,” tuturnya.
Kini, Ana tidak lagi melihat albinisme sebagai kelemahan dirinya. Sebaliknya, melihat perbedaan tersebut sebagai keunikan yang diberikan Tuhan secara istimewa dan harus bersyukur karenanya.
Pengalaman body shaming yang dialami Ana juga membuatnya menjadi berkat bagi sesama dengan menjangkau mereka yang merasa kesepian, tidak aman, atau ditolak seperti yang pernah dialami oleh dirinya.
Belajar Mencintai Diri Sendiri Agar Bisa Mengembangkan Diri #InspirasiCantik
Masalah body shaming yang kian dihadapi oleh banyak orang ini selalu mewarnai sepanjang perjalanan hidup perempuan kelahiran Bontang, Kalimantan Timur ini.
Perilaku body shaming yang selalu diterimanya ini tentunya bukan hal yang mudah ia tangani dan lupakan, namun, kini Ana dapat mengatasinya.
“Pertama, aku menyadarkan diri sendiri bahwa tidak apa-apa memiliki warna kulit yang berbeda. Kedua, belajar menerima diri sendiri dan yang terutama adalah bersyukur untuk anugerah yang diberikan kepada saya, dimana tidak banyak orang diberikan keadaan istimewa ini,” ujar Ana.
Di tengah perjuangannya bergumul mencintai diri sendiri, untungnya, Ana memiliki orang tua, saudara dan teman dekat yang selalu menguatkan dan memberikan dukungan tanpa henti.
Kehadiran dan dukungan orang sekitarnya juga membuat Ana bersyukur melalui peristiwa tersebut ia belajar semakin menerima dan mencintai dirinya secara utuh.
Setelah menerima perbedaan dan mencintai dirinya sendiri secara utuh, Ana merasa lebih percaya diri dan bisa fokus mengembangkan potensi dirinya.
“Mulai dari sekitar 2 tahun yang lalu saya menuliskan pengalaman hidup saya dan membagikannya melalui sebuah platform website rohani, senang rasanya ketika mendapat respon positif dari para pembaca. Besar harapan saya agar tulisan-tulisan tersebut membawa inspirasi dan bisa menjadi berkat bagi kaum muda lainnya,” tuturnya.
Selain itu, diceritakan Ana sejak di bangku SMA, dirinya juga aktif terlibat mengikuti kegiatan sosial, khususnya dalam ruang lingkup lingkungan hidup.
“Sebagai manusia, saya menyadari tidak hanya diri kita saja yang perlu dirawat dan dicintai sepenuhnya, lingkungan di sekitar kita juga,” ujar Ana.
Hal itu ia lakukan karena menyadari pentingnya menjaga dan merawat lingkungan hidup agar tetap baik dan bermanfaat untuk generasi masa kini dan mendatang.
“Saya turut berkontribusi dalam organisasi yang bergerak di lingkungan hidup, yakni Green Generation Bontang sebagai kontributor bersama rekan-rekan pemuda lainnya dengan upaya mengkaji kreativitas di bidang lingkungan hidup serta meningkatkan kepedulian akan pentingnya memelihara bumi,” cerita Ana pada Livi Stylo lewat handphone.
Makeup dan Fashion yang Menjadi Ciri Khasku #InspirasiCantik
Bicara soal makeup dan fashion, penting bagi Ana untuk tampil cantik dan modis setiap saat di tengah aktivitasnya yang padat.
Baginya, secuek apapun perempuan terhadap penampilannya, ia tetap harus mengetahui bagaimana cara merias wajahnya sehari-hari agar terlihat lebih segar dan berpakaian yang modis.
Selain itu, ia juga membagikan pandangan pribadinya soal makeup dan fashion dengan antusias kepada Livi Stylo.
“Menurutku makeup tidak hanya sebagai pelengkap penampilan, namun juga membantu meningkatkan mood dan rasa percaya diri seseorang,” ujar perempuan cantik yang mengidolakan Tasya Farasya ini.
Memiliki jenis kulit wajah yang sensitif membuat Ana harus berhati-hati dalam menggunakan skincare dan makeup untuk mempercantik penampilannya.
Untuk sehari-hari, Ana merias wajahnya menggunakan bedak dari Oriflame yang sudah sesuai dengan jenis kulitnya.
Tak lupa ia menggambar alis dengan pensil alis Oriflame agar tampak rapi, natural dan tahan lama seharian.
Blush on dari Oriflame menjadi andalan Ana agar wajahnya tampak segar merona saat menjalani aktivitas sehari-hari.
Sebelum bepergian, tak lupa ia mengaplikasikan lip balm L'Occitane agar bibirnya senantiasa lembap dan sehat.
Nah, bicara soal fashion, bagi Ana OOTD merupakan cerminan diri atau kesan yang ingin ia tampilkan pada orang lain.
“Selain menunjukan karakter, menurutku OOTD yang dipakai harus nyaman dan menambah rasa percaya diri saat beraktivitas,” ungkap Ana.
OOTD dengan gaya fashion yang feminin dan kasual menjadi andalan Ana untuk tampil modis sehari-hari maupun acara spesial.
Setiap memadumadankan fashion item yang dimilikinya, Ana tak lupa memberikan sentuhan warna netral pada OOTDnya agar tidak terlihat berlebihan.
Arti Cantik yang Sesungguhnya Bagi Anatasya Patricia Kilis #InspirasiCantik
Sebagai narasumber #InspirasiCantik kali ini, seperti apakah arti cantik yang sesungguhnya bagi perempuan berzodiak Taurus ini?
“Menurutku cantik yang sesungguhnya itu tidak hanya dilihat dari fisik saja, melainkan attitude dan sikap serta bagaimana kita sebagai perempuan bisa memberikan pengaruh yang positif bagi diri sendiri dan orang lain,” ujar Ana.
Pernah mengalami body shaming yang kian dihadapi oleh banyak orang, kali ini Ana akan memberikan tips sekaligus pesan kepada Stylovers cara mengatasi body shaming yang dilakukan orang lain kepada kita dengan tepat.
“Ingat bahwa setiap dari kita diciptakan dengan amat baik, berani tampil dan mensyukurinya adalah cara terbaik untuk menikmatinya. Membanding-bandingkan diri soal fisik dan bentuk wajah kita dengan orang lain adalah mengerikan. Karena kecantikan akan memudar seiring berjalannya usia dan secantik apapun kita, jika memiliki attitude dan sikap yang buruk kecantikan lahiriah menjadi sia-sia. Maka dari itu fokus mempercantik batiniah kita, yakni pikiran, attitude, sikap dan tutur kata yang bersifat abadi,” tuturnya.
Tak lupa Ana memberikan quotes favoritnya sebagai pesan untuk Stylovers agar selalu semangat menjalani kehidupan menjadi diri sendiri seutuhnya dengan percaya diri.
“Aku mengutip sebuah kalimat dari tulisan “What if God made me Pretty?” yang selalu menjadi quotes favorite dan pengingat diriku untuk semangat menjalani hidup menjadi diri sendiri seutuhnya ”Aku mengerti sepenuhnya bahwa tidak perlu menjadi cantik sesuai yang dilihat orang lain agar bisa percaya diri menjalani hidup sebagai diriku seutuhnya”,” pesan Ana sekaligus mengakhiri wawancaranya dengan Livi Stylo.
Bagi kamu yang juga ingin berbagi kisah atau cerita inspiratif lainnya dan ingin menularkan semangat positif kepada Stylovers lainnya, kamu boleh mengirimkan email ke stylo@gridnetwork.id atau DM ke Styloteam di Instagram @stylo.indonesia ya.
Dengan senang hati Styloteam akan bantu kamu membagikan semua hal positif bagi banyak orang.
Jangan takut untuk menjadi diri sendiri selama itu positif dan dapat membantu orang lain untuk berkembang.
Karena #SemuaBisaCantik adalah milik kamu, milik kita, dan milik semua wanita di dunia ini.
Semangat ya, Stylovers!(*)
#SemuaBisaCantik