Stylo Indonesia - Memiliki sebuah penyakit tidak menghalangi seseorang menekuni passionnya untuk terus berkarya dan meraih cita-citanya.
Seperti penyanyi cantik ternama dunia, Selena Gomez yang didiagnosa menderita penyakit lupus tak membuatnya berhenti menekuni passionnya di bidang musik.
Namun, tak dapat dipungkiri penyakit lupus yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini dapat menggangu aktivitas penderitanya dari efek samping pengobatannya.
Selain penyanyi cantik, Selena Gomez, kisah yang sama datang dari Inas Farhanah, narasumber #InspirasiCantik kali ini.
Penyakit lupus yang dideritanya sejak kecil membuat perempuan cantik kelahiran Hiroshima, Jepang ini mengalami berbagai kesulitan saat beraktivitas sehari-hari hingga menjadikan dirinya seorang acne fighter.
Tak sampai di situ, perempuan cantik yang akrab dipanggil Inas ini harus berjuang melawan stres berkepanjangan yang dideritanya saat berada di titik terendah hidupnya sebagai penderita lupus dan acne fighter sekaligus.
Proses bangkit dari titik terendah hidupnya di usianya yang masih remaja saat diterpa berbagai ujian dalam hidupnya menjadi pengalaman berharga dan tak terlupakan bagi Inas.
Dari Inas, Stylovers dapat belajar memiliki sebuah penyakit tidak boleh membuat kita berputus asa dan menganggapnya sebagai penghalang menekuni passion untuk berkarya dan mengejar cita-cita.
Perempuan cantik yang lahir pada 14 Maret 2003 ini juga mengajarkan Stylovers ujian hidup apapun yang Tuhan berikan pasti kita sanggup melewatinya dan terdapat hikmah dibaliknya.
Yuk, simak kisah inspiratif Inas Farhanah, narasumber #InspirasiCantik kali ini.
Mengalami Jerawat Parah Hingga Menjadi Acne Fighter dari Penyakit Lupus yang Dideritanya #InspirasiCantik
Bak petir di siang bolong, didiagnosa dokter terkena penyakit lupus saat dirinya menduduki bangku sekolah menengah pertama menjadi sebuah memori yang tak terlupakan bagi Inas.
Memiliki kelainan hormon sejak kecil tidak ketahui Inas mengidap penyakit tersebut hingga dirinya berusia 12 tahun.
“Sejak aku tahu mengidap penyakit lupus, aku tidak boleh mengikuti kegiatan outdoor karena penderita lupus dilarang terkena sinar matahari. Saat pelajaran olahraga, aku harus liat cuaca dulu, mendung atau tidak. Bukan tanpa alasan, saat cuaca panas, aku pun harus memakai jaket, sarung tangan, slayer dan kaos kaki panjang, jika perlu aku pakai kain panjang atau pashmina untuk menutupi diriku,” cerita Inas mengawali ceritanya.
Untungnya, teman-teman di sekolah dan orang di sekitar Inas memberikan semangat pada dirinya dan tidak memberikan komentar buruk tentang penyakit yang dideritanya.
Memasuki tahun 2017, kondisi kesehatan Inas mulai mengalami perubahan, bruntusan dan jerawat mulai muncul pada bagian dahi dan pipi wajahnya.
“Ternyata bruntusan dan jerawat yang muncul pada kulit wajahku merupakan efek samping dari obat lupus yang aku konsumsi tiap hari. Orang di sekitarku menanggapi jerawat sebagai hal yang biasa di alami remaja pada umumnya sehingga aku tidak terlalu memikirkannya,” ungkap Inas.
Seiring berjalannya waktu, jerawat yang muncul pada kulit wajah Inas mulai menghilang hingga pada tahun 2019 kondisi kesehatan dan kulit wajahnya kembali memburuk.
“Kulit wajahku mulai mengalami breakout karena hormonal. Sejak saat itu aku mulai bener-bener kacau. Kehidupan sosial di SMA berbeda jauh waktu aku duduk di sekolah menengah pertama. Penggunaan media sosial yang marak membuat aku mulai mengenal apa itu standar kecantikan,” tutur Inas.
Sadar kondisi wajahnya tidak memenuhi standar kecantikan, alhasil, Inas menyembunyikan breakout dan jerawat yang muncul pada kulit wajahnya menggunakan masker saat bepergian setiap hari hingga mencoba beberapa treatment dari dokter.
“Entah sejak kapan, kesibukan sekolah, jerawat dan penyakit yang aku derita membuatku tidak peduli kondisi kesehatanku. Aku ikut kegiatan olahraga di sekolah meski cuaca panas hingga membuat aku drop dan pingsan. Sejak saat itu, aku merasa tidak berguna dan tidak bisa melakukan apapun seperti anak-anak di luar sana pada umumnya,” cerita Inas penuh haru.