Stylo.ID - Bagi Stylovers pencinta makeup dan skincare, fenomena bisnis kosmetik label sendiri buatan lokal saat ini sedang menjamur di mana-mana.
Yap, tingginya tren bisnis kosmetik lokal dengan label sendiri tak terlepas dari semakin berinovasinya produk skincare dan makeup lokal yang enggak kalah kece dibanding makeup dari luar negeri.
Hal ini pun didukung dengan adanya pabrik maklon kosmetik murah yang memberikan jasa pembuatan produk kosmetik dengan label sendiri.
Peluang bisnis kosmetik dengan label sendiri ini semakin menggiurkan ketika banyak pencinta kosmetik saat ini semakin bangga menggunakan produk lokal.
Jasa pembuatan makeup dan skincare dengan merek sendiri untuk berbagai bisnis mulai dari pemula hingga badan usaha, kini bisa didapatkan dari pabrik maklon kosmetik murah di Depok yang satu ini, Stylovers.
Baca Juga: Berbagi Cerita Bisnis Klinik Kecantikan yang Bertahan di Tengah Sulitnya Masa Pandemi Covid-19
Nah Stylovers, buat kamu yang penasaran dan ingin tahu seperti apa langkah-langkah memulai bisnis produk kosmetik yang ingin kamu bangun sendiri, kali ini Cece Stylo berkesempatan mewawancarai CEO dari PT Protea Nutri Cosmetindo, Aprian Pratama yang biasa disapa Ari.
PT Protea Nutri Cosmetindo ini memberikan jasa maklon produk kosmetik Original Design Manufacturer (ODM), yang menggunakan bahan baku yang berasal dari Eropa, Jepang, dan Korea yang telah teruji kualitasnya.
Berdiri sejak tahun 2018, pabrik Protea Nutri Cosmetindo yang berlokasi di Depok ini memulai memproduksi kosmetik dengan konsep menggunakan bahan baku organik.
Baca Juga: Beauty Date 2020: MUA Hits Ryan Ogilvy Beri Tips Makeup Sehari-hari Sesuai Bentuk Wajah
Untuk persyaratan yang dibutuhkan dan proses pembuatan kosmetik di Protea Nutri Cosmetindo ini pun dapat dikatakan simpel, loh, Stylovers.
Bagi pebisnis yang memulai menjalankannya dengan perorangan, yang dibutuhkan antara lain KTP, NPWP (jika ada), dan tentunya yang terakhir dana.
Sedangkan jika badan usaha yang hendak memesan produk kosmetik, persyaratannya yaitu SIUP, PDP, NPWP, KTP Direktur, PIC atau orang yang ditunjuk badan usaha untuk memantau pemesanan produk dari pabrik dan dana.
"Pelanggan biasanya dijelaskan urutannya pekerjaannya. Customer menyampaikan apa yang mereka inginkan, pihak Protea menjelaskan urutan pengerjaan. Setelah ketemu produk yang akan dirancang, kemudian ke tahap sampling untuk mau bikin apa. Setelah sampling dibuat, kalau bahan baku ada di lab, biasanya proses pembuatannya 1-3 hari. Jika bahan baku tidak ada di lab, prosesnya dihitung sejak supplier mengirimkan barang sampai ke pabrik, bisa jadi 1-2 minggu. Setelah sampel jadi, dikirim ke klien, kalau posisi klien di jakarta bisa lewat gojek. Ongkos ditanggung, mereka sudah oke dengan sampel, kita akan lanjut ke proses selanjutnya, atau ada revisi. Kita tidak ada batasan revisi untuk klien dan sampling ini kita buat gratis," jelas Ari Aprian kepada Cece Stylo.
Begitu juga dengan proses revisi, Ari mengungkapkan kalau ia pernah bertemu dengan klien yang cukup lama menemukan sampel yang cocok dan memakan waktu hingga 3-4 bulan.
Maka dari itu, penting dijelaskan kepada klien kalau dari awal perlu menyampaikan produk yang spesifik agar tidak memakan waktu lama.
Baca Juga: New Normal Beauty, Kulit Wajah Halus Hanya Menggunakan Produk Ini, Coba Yuk!
Tahap selanjutnya yaitu proses kontrak perjanjian kerja sama sebelum produk diproduksi.
"Harga didapat dari sampel yang di sudah di-acc kemudian pabrik melakukan penghitungan dan mencetuskan harga. Waktu proses bikin sampel, tidak ada DP sama sekali. Jadi belum ada penyerahan uang sampai dengan di tahap tanda tangan kontrak. Di kontrak, kita sudah minta 5-10 nama, dari awal ketemu. Dicekin ke HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan didaftarkan yang available, proses 1-2 hari. Setelah itu sampel masuk ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) submit based on ingredients yang sudah di acc klien. Submit ke BPOM itu belum bayar, jadi bayar biaya BPOM kalau sudah keluar (3-4 minggu). Tergantung antrean di BPOM 14 hari kerja senin-kamis," tutur Ari ketika menjelaskan proses tahapan adminstrasi pembuatan kosmetik.
Soal transaksi, Ari menjelaskan bahwa pembayaran ada 2 jenis, yaitu dilakukan sebelum submit BPOM atau sesudah hasil BPOM keluar.
Tahap pembayaran berpengaruh terhadap proses pembuatan produk karena pabrik butuh waktu untuk mengumpulkan bahan baku bisa 2 minggu sampai 2 bulan.
Kalau di awal sudah dp 50%, jadi setelah hasil BPOM keluar, bahan baku juga sudah terkumpul, jadi bisa langsung proses dibuat yang memungkinkan waktu jadinya suatu produk jadi lebih cepat.
Ketika bahan baku sudah terkumpul, proses pembuatan kurang lebih memakan waktu 2 bulan.
Selain meracik isi produk, desain dan kemasan produk memiliki pengaruh lebih akan daya jual dari produk tersebut.
"Untuk desain sifatnya opsional, kita bisa kerjain di sini, biaya gratis tapi antrean panjang. Kalau ke luar bisa ke outsourcing seperti seribu.com atau fastwork.id, biasanya kita kasih tau tempat untuk biasa kerjain logo. Kemasan juga opsional, bisa dari sini. Protea memberikan kebebasan bisa membayar langsung ke Protea bisa, atau langsung ke pabriknya kemasan boleh, suppliernya juga boleh. Cari sendiri kemasan juga bisa. Kita tidak memaksa pembuatan kemasan di sini, karena semua orang punya kesukaan, pemikiran berbeda. Kita tidak mengambil kentungan dari kemasan karena kita kan memproduksi kosmetik, bukan kemasannya. Jadi itu bagian dari jasa," ungkap Ari saat menjelaskan tentang produk kemasan dan desain produk klien.
Setelah produk jadi, finishing sudah oke, kemudian produk pun akan dikirim ke klien.
Stylovers, setelah mengetahui proses dari perancangan hingga produk kosmetik yang diinginkan klien sudah jadi, tentu kalian penasaran kan dengan gambaran biaya yang harus dikeluarkan?
Tenang saja Stylovers, karena Cece Stylo juga mengulik penjelasan dari Bapak Ari mengenai besaran biaya yang harus dipersiapkan bagi pemula yang ingin mencoba bisnis kosmetik ini.
"Di Protea, kita sebisa mungkin pangkas budget, misalnya biaya HAKI, mungkin kalau ke konsultan HAKI dan lain-lain itu bisa kena 5-8 juta, kalau kita saranin langsung ke Kuningan, ke Dirjen HAKI, Itu akan lebih murah biaya kurang lebih 2 jutaan. Tapi kalau mau diserahkan ke kita, kita hanya minta ongkos bolak balik aja, jadi total sekitaran 2,5 juta. Biaya BPOM kita juga coba pangkas, pabrik lain bisa 5-10 juta, kita pangkas di 2,5 juta aja. Di protea sample kita kasih free, kenapa, dasarnya kita minta ke supplier punya baha, kita kerjakan di lab, baru kita keluarkan. Tetapi bahan ini kan ga beli. Kalau kita aja ga beli ke supplier, untuk apa kita kenakan charge, anggap aja jasa yang kita kerjakan di lab sebagai pelayanan untuk customer," jelas Ari mengenai biaya adminsitrasi yang perlu dikeluarkan oleh klien.
Untuk biaya administrasi seperti gambaran di atas, merupakan biaya yang sama yang dikeluarkan oleh semua klien baik mereka yang memulai bisnis dengan produksi 1000 pcs atau klien sekelas Badan Usaha yang memesan 5000 lebih produk.
Menurut Bapak Ari, tipe-tipe klien yang ada di Indonesia yang ditemui selama ini ada 3 tipe:
Dari tiga tipe tersebut kemudian dibagi lagi berdasarkan MOQ atau jumlah minimum produk yang dipesan klien.
"Seperti konsep 30 juta yang kita tawarkan di website, ini untuk orang yang mau mencoba usaha di bidang kosmetik ini. 30 juta itu bagi kita merupakan maksimal budget planning. Sebenarnya kalau mau minimun budgetnya diturunin, itu bisa masuk ke custom dan kita cukup di 15 juta saja. Misalnya sabun kecantikan, budget 15.000/pcs dikali 1000, kurang lebih 15 juta sudah dibantu urus BPOM dan HAKI. Klien tinggal terima bersih barang dan pemasaran. Itu kisaran kalau orang yang mau awal melakukan usaha. Jadi 30 juta itu budget maksimal kalian sudah mendapatkan sesuatu. Kenapa 1000 pcs, karena kapasistas besar agar produknya juga lebih bagus hasilnya," ungkap Ari ketika menjelaskan soal budget, bagi mereka yang ingin mencoba memulai binis kosmetik.
Selisih dari perbedaan harga tentunya berkaitan dengan tipe kosmetik yang akan dibuat, bahan baku, hingga ke tahap desain dan kemasan.
Baca Juga: Ramalan 5 Tren Hobi dan Kebiasaan Baru di Era
Selanjutnya, tipe klien kedua yang usahanya sudah berjalan. Biasanya klien tipe kedua akan pesan produk di 5000 pcs, untuk produk yang sama. Kalau mereka sudah order di kisaran 5000 pcs, berarti mereka sudah serius mau maju karena sudah mencurahkan apa yang sudah mereka punya.
Terlebih UKM, marketing juga lebih gencar daripada yang klien 1000 pcs. Karena butuh uang lebih dari 100 juta untuk bikin 5000 pcs.
Kalau klien ketiga, mereka masuk ke golongan MOQ di atas 10.000. Mereka sudah serius dengan bisnis ini, sudah punya pasar, sudah settle tinggal melanjutkan yang lain. Kalau sudah di atas 10.000 biasanya Protea akan menawarkan alternatif produk lain. Untuk menambah varian, sehingga produk mereka ada demand lain di pasar.
Buat Stylovers yang ingin berkunjung ke kantor Protea Nutri Cosmetindo, kamu bisa langsung datang ke pabriknya yang beralamat di Jl. Bungur 2 No.78, Harjamukti, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16454.
Baca Juga: Tips Aman Berbelanja Produk Kecantikan di Masa New Normal Menurut Manager Brand Kecantikan Ternama
Nah Stylovers, kira-kira itulah gambaran buat kamu yang ingin memulai bisnis kosmetik dengan merek sendiri.
Peluang pasar yang cukup luas, membuat bisnis kosmetik di Indonesia terus berkembang dan berinovasi untuk para pencinta kosmetik.
Apakah Stylovers tertarik untuk menjadi pebisnis kosmetik dengan membangun merek sendiri? Selamat menjadi Beautypreneur milenial, Stylovers! (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR