Perempuan Muda Rentan Insecure, Stylo Indonesia Kembali Gerakkan Stop Beauty Shaming dengan Program BIBS

By Cerysa Nur Insani, Senin, 29 Januari 2024 | 19:45 WIB
Ilustrasi perempuan muda merasa insecure. (Freepik)

Stylo Indonesia - Stylovers, tahukah kamu bahwa perempuan di usia dewasa muda rentan memiliki perasaan insecure?

Perasaan insecure ini juga kerap muncul akibat pengalaman bullying atau beauty shaming yang didapatkan dari lingkungan.

Oleh sebab itu, sebagai kelanjutan dari kampanye Semua Bisa Cantik, sejak awal tahun 2021 lalu Stylo Indonesia menginisiasi gerakan Stop Beauty Shaming.

Gerakan Stop Beauty Shaming merupakan aksi nyata Stylo Indonesia dengan tujuan meningkatkan kesadaran publik akan dampak dari beauty shaming dan memberi dukungan bagi siapa saja yang pernah mengalaminya.

Berbagai inisiatif konten dan kegiatan dengan semangat Semua Bisa Cantik dan Stop Beauty Shaming telah diadakan.

Dimulai dari sesi konseling gratis via online ‘Stop Beauty Shaming’ bersama psikolog Ayoe Sutomo M.Psi. yang diikuti oleh para penyintas beauty shaming dari berbagai daerah dan usia pada 2021 lalu.

Ada juga berbagai konten kreatif seperti Inspirasi Cantik, Pertama Kali Berhijab, Jurnal Pejuang Jerawat, Jurnal Pejuang Haid, hingga Jurnal Kulit Sensitif.

Begitu pula dengan kegiatan-kegiatan Body Positivity, Love Your Size, hingga Acne Fighter yang telah diadakan bersama Stylovers Community dan StyloBebs Ambassador.

Kini, Stylo Indonesia akan kembali menyuarakan gerakan positif Stop Beauty Shaming dengan program BIBS atau Bincang Beauty Shaming: Speak Up Bareng Mba Ayoe.

Sesuai judulnya, program BIBS akan berfokus pada empat faktor penting yang menjadi highlight dari pengalaman penyintas beauty shaming yaitu Bullying, Insecurity, Beauty Shaming, dan Self-improvement.

Baca Juga: Stylo Indonesia Ajak Perempuan untuk Stop Beauty Shaming di Program Sapa Indonesia Kompas TV

Menurut Idho Nugroho, M.I.Kom selaku Founder dan Chief Editor Stylo Indonesia serta inisiator gerakan Stop Beauty Shaming, BIBS menjadi perpanjangan aktivasi program dari gerakan Stop Beauty Shaming. 

Idho Nugroho, M.I.Kom: Founder dan Chief Editor Stylo Indonesia serta inisiator gerakan Stop Beauty Shaming (Dok. Pribadi)

“Ruang lingkup kesehatan mental terutama karena media sosial tidak lagi seputar rasa tidak percaya dan perundungan, tapi juga soal bagaimana mengembangkan diri dengan potensi yang ada,” jelas Idho.

Sebelum menyimak lebih lanjut tentang program ini, yuk, simak terlebih dahulu penjelasan dari psikolog Ayoe Sutomo mengenai kondisi mental yang banyak dialami perempuan di usia dewasa muda berikut ini!

Istilah ‘bullying’ sering dianggap lebih banyak terjadi di sekolah. Tapi ternyata orang dewasa juga masih bisa mengalaminya, ya?

Ayoe Sutomo: Bisa banget. Kalau kita merujuk pada definisi, bullying itu sebuah perilaku yang punya intensi untuk menyakiti orang lain secara terus menerus. 

Di mana terdapat ketimpangan kekuatan antara pelaku dan korbannya, dilakukan secara sengaja dan terus menerus, terhadap satu orang atau kelompok tertentu. 

Sehingga kemungkinannya bukan hanya bisa terjadi di sekolah, tapi di ranah-ranah lain juga seperti di area pekerjaan dan pertemanan, meski sudah bukan pertemanan di sekolah lagi.

Berdasarkan pengalaman Mbak Ayoe, perempuan di usia 20 sampai 30-an paling rentan mengalami insecurity dalam aspek apa saja?

Ayoe Sutomo: Satu orang dengan yang lainnya mungkin berbeda-beda, tetapi ada banyak aspek yang sering ditemui membuat perempuan kerap merasa insecure di usia tersebut. 

Pertama adalah insecure secara fisik, terkait dengan penampilan, bentuk tubuh, warna kulit, jenis kulit, atau permasalahan kulit lainnya.

Baca Juga: Luna Maya Hingga Model Down Syndrome dan Disabilitas Bicara Soal Semua Bisa Cantik dan Stop Beauty Shaming, Rayakan HUT ke-4 Stylo Indonesia

Insecure terkait penampilan fisik juga banyak dialami ketika sudah di usia 30 tahunan, banyak di antara perempuan yang sudah menjadi ibu.

Pada akhirnya, hal ini kerap menyebabkan adanya perubahan secara fisik yang tidak dapat dihindari karena merupakan bagian dari proses mengandung dan melahirkan. 

Akibatnya, ada beberapa perempuan yang memiliki perasaan tidak nyaman dengan tubuh atau status barunya sebagai seorang ibu ketika melihat perempuan yang lain masih bisa melakukan banyak aktivitas.

Kedua, yang juga kerap membuat orang merasa insecure adalah terkait dengan pencapaian hidup, seperti membandingkan diri dengan sekeliling soal tahapan karier, pekerjaan, dan capaian material.

Ketiga, insecure terkait relasi dengan pasangan. Pada usia 20-30 tahun yang sudah masuk ke tahapan usia dewasa muda, salah satu highlight-nya adalah mulai memiliki relasi yang cukup serius dengan lawan jenis. 

Ketika hal ini terjadi tidak sesuai dengan kebanyakan orang pada umumnya, maka kerap juga merasa insecure. 

Ayoe Sutomo, M.Psi. Psikolog Klinis Anak, Remaja, Dewasa & Keluarga (instagram.com/ayoesutomo)

Sejak 2021, Stylo Indonesia bersama Mbak Ayoe terus berusaha memberi edukasi bahwa penampilan fisik tak seharusnya jadi bahan cemoohan. Namun dari sisi penyintas beauty shaming juga didukung untuk meningkatkan kualitas diri, termasuk lewat penampilan. Seperti apa kaitan antara penampilan dan kualitas diri?

Ayoe Sutomo: Memang seringkali kita temukan, seseorang dengan penampilan diri yang dinilai menarik dianggap memiliki kualitas diri yang baik pula oleh orang-orang yang melihatnya.

Meskipun faktanya gak selalu seperti itu, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan diri memang merupakan salah satu hal yang bisa kita pakai untuk membantu meningkatkan kualitas diri.

Bukan satu-satunya, ya. Karena kualitas diri itu kan dibangun dari banyak aspek baik secara kognitif, emosi, sikap, kepribadian, dan banyak hal lainnya.

Baca Juga: Stylo Indonesia Rilis Instagram Stop Beauty Shaming Sebagai Wadah Bagi Perempuan Tangguh Penyintas Bullying dan Beauty Shaming

Tapi, salah satu yang juga menjadi bagiannya adalah penampilan diri. 

Enggak jadi satu-satunya yang menentukan, tapi gak bisa dipungkiri bahwa penampilan diri juga sedikit banyak berpengaruh terhadap penilaian orang lain terhadap kualitas diri kita. 

Maka, pada akhirnya penting juga untuk memperhatikan penampilan diri jika kita ingin meningkatkan kualitas diri.

Apa saja upaya yang bisa kita lakukan untuk mulai melakukan self-improvement?

Ayoe Sutomo: Dimulai dari mindset, karena apa yang kita pikirkan sangat berpengaruh terhadap apakah kita merasa insecure, apakah kita merasa nyaman dengan tubuh kita, dan pada akhirnya memengaruhi perilaku yang akan kita lakukan.

Namun memang, mengubah mindset itu gak mudah, butuh banyak hal bagi kita untuk bisa mengubah cara pandang yang kita miliki.

Beberapa hal di antaranya adalah:

1. Mulai mau membuka diri atas apapun yang terjadi di kita

Mulai untuk membuka diri dan wawasan, sehingga bisa terpapar lebih banyak lagi hal-hal baik yang mungkin orang lain lakukan saat berhadapan dengan situasi yang sama seperti yang kita alami.

Paparkan diri dengan informasi dan lingkungan yang positif. Kita bergerak untuk mencari hal tersebut dan tidak pasif menunggu.

Baca Juga: 12 Artis dan Influencer Perempuan Indonesia Dukung Gerakan Stop Beauty Shaming dan Body Positivity dalam Rangka Hari Jadi ke-3 Stylo Indonesia

2. Bertemu dengan banyak orang yang mengalami hal yang sama, tapi bisa membantu kita memandang permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. 

Berkumpul dengan komunitas, bertemu dengan orang-orang yang bisa memberi feedback dan energi positif yang berpengaruh bagi diri kita.

3. Mulai perlahan lakukan perubahan yang konkret dan nyata dalam menjaga kondisi tubuh dan melakukan peningkatan kualitas diri. 

Misalnya, mulai bergeser ke pola hidup yang lebih sehat dan kelilingi diri kita dengan lingkungan yang mendukung. 

Sehingga kita tidak berpasrah pada keadaan, tapi kita lakukan perubahan dari dalam diri kita.

Jadi, didorong dari mindset, lakukan dengan implementasi tindakan yang mengubah diri kita menjadi lebih baik, dan lengkapi sekeliling dengan support system. 

Kadang, dalam melakukan upaya self-improvement juga banyak tantangannya bahkan dari lingkungan terdekat. 

Kembali lagi, lingkungan di sekitar bukan sesuatu yang bisa kita kontrol, jadi kuatkan lagi dengan support system lain agar bisa mengimbangi lingkungan yang kurang tepat. 

Untuk mewujudkan gerakan nyata ini, Stylo Indonesia akan mengadakan webinar bersama psikolog Ayoe Sutomo untuk membahas terkait BIBS lebih dalam.

Sebelumnya, StyloBebs Ambassador Batch 5 akan diajak untuk melakukan Stop Beauty Shaming Challenge dalam bentuk video greetings mengenai kejadian yang pernah mereka alami terkait bullying atau beauty shaming

Baca Juga: Suarakan Stop Beauty Shaming, Stylo Indonesia Gelar Talkshow Interaktif Love Your Size Bersama ESMOD Jakarta, Designer, dan Influencer!

Video tersebut akan tayang serentak di akun Instagram para StyloBebs Ambassador menggunakan twibbon.

Dari kumpulan video dan cerita #StopBeautyShaming yang masuk ke tim Stylo Indonesia, akan dipilih oleh Ayoe Sutomo, M.Psi. untuk diajak mengikuti sharing session via Zoom. 

Sepuluh orang yang terpilih akan bergabung untuk mengikuti sesi curhat bersama psikolog Ayoe Sutomo dalam webinar tersebut.

“Harapannya, program BIBS ini bisa mengakomodasi elemen penting gerakan Stop Beauty Shaming yang juga memiliki tujuan nyata nan mulia agar para penyintasnya bisa mengelola kekurangan dan pengalaman buruk menjadi motivasi untuk bangkit bertahan melanjutkan hidup serta menggali potensi diri,” tutup Idho.

Jadi enggak sabar, kan? Nantikan informasi selanjutnya dari kami ya, Stylovers! (*)

Baca Juga: Sesi Akhir Konseling Online Stop Beauty Shaming Batch 1 Bersama Psikolog Ayoe Sutomo Berjalan Sukses!