Stylo Indonesia - Telah berlangsung sesi akhir konseling online yang diadakan oleh Stylo Indonesia bekerjasama dengan Psikolog Ayoe Sutomo.
Konseling online ini diikuti oleh para penyintas beauty shaming dari berbagai daerah di Indonesia dan dari usia yang beragam pula.
Sesi akhir konseling online "Stop Beauty Shaming" Batch 1 ini berjalan lancar dan sukses pada Selasa, 16 Maret 2021.
Kali ini, konseling online berfokus pada progres grateful journal dari para penyintas dan bagaimana perubahan mereka dalam menghadapi beauty shaming setelah mengikuti rangkaian konseling online dari sesi 1 hingga akhirnya sampai ke sesi akhir ini.
Pada konseling online sesi akhir ini, penyintas diminta untuk bercerita mengenai apa yang mereka rasakan setelah mengikuti konseling online, boleh secara chat maupun open mic.
Beberapa penyintas yang kurang nyaman untuk open mic mengirimkan ceritanya melalui chat personal kepada admin Stylo Indonesia.
Setelah itu, cerita berupa progres grateful journalnya akan dibacakan oleh MC dan dikonsultasikan kepada Psikolog Ayoe Sutomo.
Menakjubkannya, konseling online kali ini dipenuhi oleh rasa bahagia karena hampir semua penyintas memberikan cerita positif dan testimoni positif terkait progres grateful journalnya setelah mengikuti konseling online "Stop Beauty Shaming" bersama Stylo Indonesia dan Psikolog Ayoe Sutomo.
Berhubung sesi akhir ini fokus dengan sesi reviewing, Psikolog Ayoe Sutomo mencoba menggali cerita dari para penyintas yang hadir apakah ada perubahan mindset atau pola pikir terkait permasalahan yang dihadapi.
Seperti halnya bagaimana sudut pandang penyintas saat ini dalam menilai tubuhnya, bagaimana bentuk pandangan positif dari para penyintas saat ini terhadap dirinya sendiri, dan lain sebagainya.
Beberapa penyintas merasakan perubahan drastis dalam dirinya semenjak mengikuti konseling online "Stop Beauty Shaming" yang diadakan Stylo Indonesia bersama Psikolog Ayoe Sutomo.
Salah satunya ada yang menjadikan grateful journal sebagai pelariannya ketika sedang down, ada juga penyintas yang mulai mencoba menjauhi lingkungan yang membawa vibes negatif untuk dirinya, ada pula penyintas yang menyatakan pelarian terbaik ketika sedang merasa down dan tidak berguna adalah berbagi kepada sesama, dan masih banyak lagi.
Hal ini berarti bagaimana penyintas memandang beauty shaming atau bullying yang ia dapatkan tersebut.
Baca Juga: Fenomena Beauty Sick, Melakukan Usaha Tak Masuk Akal Demi Cantik, Bisa Jadi Gangguan Mental?
Seperti halnya penyintas beauty shaming yang biasa mendapatkan komentar negatif dari keluarga terkait fisiknya.
Apakah dengan memberikan komentar negatif atau cacian tentang fisik, sama artinya dengan anggota keluarga tidak menyayangi diri kita?
Nah, hal-hal seperti itulah yang menurut Psikolog Ayu Sutomo perlu dicatat di jurnal, yakni bagaimana kita memaknai peristiwa beauty shaming yang kita alami.
Psikolog Ayu Sutomo juga menambahkan, cara paling tepat untuk menghadapi peristiwa beauty shaming adalah mencari tahu terlebih dahulu alasan mengapa si pelaku melakukan beauty shaming, latar belakang orang tersebut, dan juga alternatif alasan mengapa si pelaku melakukan hal tersebut.
Hal ini membuat munculnya kesimpulan bahwa setiap penyintas beauty shaming harus bisa survive dengan cara tidak mudah menyimpulkan komentar negatif atau cacian yang ia terima.
Pastikan terlebih dahulu maksud cacian itu dan jangan sibuk memberi label pada diri sendiri maupun pada pelaku.
Hal lainnya yang bisa dilakukan untuk terus survive dari peristiwa beauty shaming yang dialami adalah melakukan hal-hal yang disukai seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa penyintas di konseling online "Stop Beauty Shaming"
Di akhir sesi 3 konseling online yang juga menjadi sesi akhir Batch 1 ini, diadakan foto bersama serta kata-kata motivasi penutup dari Psikolog Ayu Sutomo serta rasa terima kasih kepada para penyintas yang sudah mau berpartisipasi dan terbuka selama 3 rangkaian acara konseling online "Stop Beauty Shaming" ini.
Baca Juga: Standar Kecantikan Tak Perlu Jadi Beban Perempuan, Simak Penjelasan Psikolog!
Sebagai informasi, Gerakan Stop Beauty Shaming oleh Stylo Indonesia ini akan terus dijalankan di sepanjang tahun 2021 sebagai wujud nyata dukungan Stylo Indonesia bagi para penyintas Beauty Shaming di mana pun saja berada.
Gerakan Stop Beauty Shaming juga akan secara rutin diadakan di setiap bulannya sesuai batch dan pendekatan masalah serta tingkatan kebutuhan konseling untuk para penyintas bullying maupun beauty shaming.
Dalam setiap batchnya, akan dilaksanakan tiga kali konseling online secara berkala untuk melihat sejauh mana perkembangan kondisi psikologis para penyintas yang tentu saja didampingi oleh psikolog profesional.
Jika Stylovers maupun orang terdekat memiliki pengalaman mengenai Beauty Shaming atau Bullying dan sangat membutuhkan bantuan konseling, Stylo Indonesia sangat terbuka sekali untuk membantu memfasilitasi dengan para psikolog.
Stylovers bisa berbagi cerita maupun mengirimkan informasi ke alamat email redaksistylo.id@gmail.com serta Direct Message ke akun instagram @stylo.indonesia dengan subject #StopBeautyShaming.(*)
Solusi Panas Dalam yang Kekinian, COOLTOPIA Lemon Lime Inovasi Terbaru dari KINO
KOMENTAR