Stylo Indonesia - Stylovers, apakah kamu sudah pernah mendengar soal fenomena beauty sick sebelumnya?
Beauty sick adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena di mana seorang individu melakukan berbagai usaha hingga tak masuk akal demi memenuhi standar kecantikan.
Tak jarang standar kecantikan dipahami dengan terlalu ekstrem bagi sebagian orang hingga mengakibatkan adanya fenomena ini.
Menurut psikolog, fenomena ini bisa memicu gangguan mental tertentu, lho.
Ayoe Sutomo, M.Psi., Psikolog. seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga mengungkapkan lebih lanjut soal fenomena beauty sick ini.
Baca Juga: Standar Kecantikan Tak Perlu Jadi Beban Perempuan, Simak Penjelasan Psikolog!
“Misal orang dengan penghasilan seberapa kemudian melakukan berbagai macam treatment yang sangat tidak masuk akal, secara finansial, secara kesehatan gitu, demi satu tujuan mengejar konsep cantik, yang konsep cantiknya itu akan terus bertambah-bertambah-bertambah dan akhirnya, dan pada akhirnya nggak bisa digapai dan nggak masuk akal,” ujar Ayoe menjelaskan apa yang terjadi pada fenomena beauty sick.
Tentunya secara psikologis hal ini menjadi tidak sehat, dan secara kondisi tubuh kadang juga menjadi tidak sehat, misalnya pada kasus diet berlebihan.
Fenomena beauty sick ini bisa memicu adanya gangguan mental yang disebut body dysmorphia disorder.
“Jadi orangnya itu sangat-sangat fokus pada penampilan, jadi pengen dibenerin terus gitu lho. Jadi, sebenarnya lebih kepada dia merasa cemas, cemasnya itu berlebih-lebihan dan berfokus pada hanya kelemahan dalam dirinya dia gitu, secara fisik gitu. Nah itu yang pada akhirnya buat dia mengalami masalah, coba treatment ini, coba treatment itu,” jelas Ayoe mengenai body dysmorphia disorder.
Terjadinya fenomena beauty sick pada individu ini bisa terjadi karena adanya tekanan dari lingkungan dalam bentuk standar kecantikan.
Namun, yang membuat adanya beberapa individu yang merasa sangat terpengaruh dengan standar kecantikan ini hingga mengalami beauty sick disebabkan oleh faktor dalam diri individu sendiri.
“Bisa terjadi karna memang ada kesalahan konsep pada saat proses pengasuhan mereka kecilnya, sehingga kemudian menganggap dirinya, menilai dirinya, oh yang berharga itu adalah yang menyesuaikan dengan standar ini. Atau pernah punya pengalamanan tertentu dengan konsep tubuh yang diterima adalah yang cantik. Jadi, kalo ditanya penyebabnya apa, itu sebetulnya penyebabnya multifactorial,” jelas Ayoe.
Psikolog bisa membantu menangani masalah beauty sick ini dengan sesi konseling untuk menemukan penyebabnya terlebih dahulu, apa yang membuat individu berpikir bahwa kecantikan merupakan nilai yang paling utama?
Baca Juga: Cara Mengatur Pola Hidup Agar Kondisi Mental Lebih Sehat dan Stabil Menurut Psikolog, Ikuti Tipsnya!
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi untuk menata kembali nilai soal penampilan yang dipercaya oleh individu.
“Kita bisa mengajak diskusi lagi, nilai itu masih relevan nggak sih, bener nggak sih bahwa sekeliling kamu hanya menganggapnya tuh yang cantik aja, orang yang berharga dan bernilai serta diperhatikan,” jelas Ayoe.
Nah, itu dia Stylovers penjelasan psikolog mengenai fenomena beauty sick yang dapat memicu gangguan mental.
Apabila kamu memiliki masalah yang dirasa cukup mengganggu mental, jangan ragu untuk mengabarkannya ke orang terdekat atau berkonsultasi dengan ahlinya. Yuk, lebih sadar dengan kesehatan mentalmu! (*)
#StopBeautyShaming
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR