Alami Body Shaming Karena Dianggap Tidak Sesuai Standar Kecantikan #InspirasiCantik
Menempuh pendidikan di Canberra, Australia menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Cia.
“Waktu itu, banyak teman-teman dari negara lain menanyakan asal saya. Ketika saya menyebutkan asal negara saya, mereka selalu tidak percaya, di situ saya sangat terpukul,” ujar Cia.
Ingin rasa penasarannya terjawab, Cia akhirnya memutuskan memberanikan diri untuk bertanya pada teman-temannya.
“Jawaban selalu mereka sama, mereka selalu bilang saya berbeda dari orang negara saya berasal yang mereka lihat di media sosial dan mereka kenal,” tuturnya.
Cia pun merenungkan jawaban teman-temannya hingga membawanya pada suatu kesimpulan bahwa standar kecantikan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan perempuan.
“Teman-teman saya sampai mengatakan “ but you hair isn’t that straight and your skin isn’t the same as other women in your country,”. Saya mengerti mengapa mereka seperti itu karena saya berbeda dengan standar kecantikan yang selalu ditampilkan,” cerita Cia pada Livi Stylo lewat handphone.
Jawaban teman-temannya mengingatkan Cia akan masa lalunya yang sejak kecil selalu tumbuh dengan pemikiran bahwa hanya perempuan berkulit putih dan berambut lurus yang cantik.
“Hal itu membuat saya berusaha untuk meluruskan rambut saya 2-3 kali dalam setahun sejak duduk di bangku SD sampai kuliah di Australia agar sesuai dengan standar kecantikan dan dinilai cantik oleh orang lain,” ujar Cia.
Tak sampai di situ, Cia pun menggunakan rambut palsu agar rambutnya terlihat panjang dan memutihkan kulitnya dengan berbagai macam produk.
Melihat rambutnya kembali ke bentuk semula dan warna kulitnya tetap sama, membuat Cia lelah merubah dirinya demi sesuai standar kecantikan dan mendapatkan pengakuan orang lain bahwa dirinya cantik.