Stylo Indonesia - Ketika mendengar istilah beauty pageant atau kontes kecantikan, apa yang ada di benakmu, Stylovers?
Mungkin, kamu akan membayangkan para perempuan cantik nan semampai yang berjalan di runway dalam balutan kostum yang mewah dan meriah.
Tak hanya penampilannya saja, kepribadian dan pengetahuan para perempuan ini juga ikut dites untuk menentukan kualitas mereka.
Kontes kecantikan juga terkenal dengan adanya sesi yang mengharuskan para pesertanya menggunakan gaun seksi atau bahkan bikini.
Namun, di Amerika Serikat, rupanya ada sebuah kontes kecantikan yang khusus diadakan untuk para gadis Muslim.
Baca Juga: Pengamalan Peserta Kontes Kecantikan di Indonesia, Mulai dari Diet Hingga Harus Jaga Sikap
Kontes kecantikan bernama Miss Muslimah USA ini dicetus untuk menantang stigma negatif Muslim yang melekat di sebagian masyarakat AS.
Selama seabad, kontes kecantikan telah tertanam dalam identitas budaya Amerika.
Dilansir dari The New York Times, Miss Muslimah USA menawarkan pandangan baru dengan memadukan identitas budaya Amerika dengan kebebasan beragama.
Kontes tersebut telah memberi perempuan Muslim, terutama mereka yang mengenakan jilbab, kesempatan untuk berpartisipasi dalam ritual Amerika dengan cara mereka sendiri, tanpa harus mengkompromikan keyakinan mereka.
Dengan motto "mendukung kesopanan dan kecantikan batin”, Miss Muslimah USA dicetus oleh Maghrib Shahid, seorang perempuan Muslim berusia 39 tahun yang bekerja sebagai desainer pakaian sederhana di Columbus, Ohio.
Sebagai seorang pengguna hijab, Shahid merasa bahwa ia dan perempuan lain sepertinya menanggung beban diskriminasi terhadap Muslim, populasi yang diperkirakan berjumlah lebih dari tiga juta di Amerika Serikat.
Presiden Trump yang juga seorang mantan tokoh dari dunia kontes kecantikan, ikut andil mengobarkan Islamofobia di negara itu, dengan melarang migrasi dari beberapa negara mayoritas Muslim.
"Dari penampilan kami terlihat jelas bahwa kami Muslim, kami yang akan diserang lebih dulu," kata Shahid.
"Saya ingin memberi perempuan Muslim kesempatan untuk mengubah kesalahpahaman tentang diri mereka sendiri."
Halima Yasin Abdullahi (23) yang dinobatkan sebagai Miss Muslimah pertama pada tahun 2017, mengatakan bahwa hingga dua tahun ke depannya, ia masih merasakan dampaknya.
"Saya mendapatkan kepercayaan diri yang sangat kuat dan konsisten, dan belajar menghargai kekurangan saya," katanya. "Inilah saya. Beginilah saya dilahirkan."
Untuk mengikuti Miss Muslimah USA, kontestan harus merupakan seorang Muslim berusia 17 hingga 30 tahun.
Setelah mereka terdaftar, mereka dapat bersiap untuk berkompetisi dalam lima kategori: abaya, burkini (pakaian renang Muslim), pakaian acara khusus yang sederhana (pakaian yang terlalu ketat dapat menyebabkan diskualifikasi) dan bakat, yang bisa berupa membaca puisi atau membaca Qur’an.
Kontestan juga harus menjawab pertanyaan ini: "Jika Anda dinobatkan sebagai Miss Muslimah USA, bagaimana Anda akan menggunakan gelar itu untuk mengubah kesalahpahaman tentang perempuan Muslim di dunia?"
“Ini bukan tentang menjadi kaya. Ini tentang membuat perbedaan yang nyata, dampak yang nyata,"kata Shahid.
“Saya ingin orang benar-benar mendapat manfaat dari ini. Saya ingin mengubah hidup mereka. Saya ingin mengubah jiwa mereka,” lanjutnya.
"Ketika saya menemukan Miss Muslimah, saya tidak pernah menyangka peluang seperti ini akan muncul," kata Andrea Rahal (30), salah satu kontestan.
“Saya selalu bermimpi untuk mengikuti kontes kecantikan, jadi ketika kesempatannya datang, saya selalu ambil risiko dan ambil kesempatan,” lanjutnya.
Dalam balutan gaun mereka, para kontestan membacakan pidato mereka, yang menyentuh isu Islamofobia, feminisme, perawatan diri, hingga keinginan untuk dilihat sebagai individu yang multidimensi dalam masyarakat Amerika.
Baca Juga: Rahasia Kulit Mulus Puteri Indonesia Sonia Fergina Citra Mudah Kamu Tiru
“Saya seorang feminis Muslim,” ujar Zeytuna Mohamed, seorang mahasiswi perawat berusia 22 tahun dari Des Moines, berkata di atas panggung.
“Banyak orang mengira kedua hal itu tidak cocok, tapi saya di sini untuk membuktikan Anda salah. Saya tidak tertindas. Saya tidak pasif, dan saya pastinya tidak terkurung. "
Umuhani Abdullahi (20) perwakilan dari Ohio, mengatakan dalam pidatonya: “Ini adalah rumah saya, Amerika. Ini adalah satu-satunya rumah yang saya tahu sekarang. Saya sangat bermimpi melihat gadis-gadis seperti saya di buku mode, di papan reklame, di iklan Coca-Cola dan tentunya di film. Semoga saja Netflix. ”
Sama seperti beberapa kontes kecantikan lainnya Amerika, Miss Muslimah juga sempat mengalami guncangan saat mencoba untuk memantapkan diri sebagai organisasi yang sah.
Shahid mengatakan ia pernah menerima reaksi dari sesama Muslim yang berpikir bahwa premis kontes tersebut bertentangan dengan definisi kesopanan karena menempatkan perempuan sebagai sorotan. Namun ia tetap tidak terpengaruh.
“Kita hidup di dunia nyata. Kita harus bersuara. Jika ingin ada perubahan, kita harus melakukan perubahan,” ujarnya.
“Saya mencoba untuk menunjukkan kepada Muslim bahwa tidak apa-apa untuk keluar dari zona nyaman Anda, tidak mengapa menjadi bagian dari kontes. Saya memahami bahwa kesempatan ini tidak pernah diberikan kepada Anda sebelumnya, tetapi sekarang tidak apa-apa.”
Kontesnya sendiri terus beradaptasi, mengubah beberapa idealisme yang digunakan sejak awal untuk merangkul komunitas Muslim yang lebih beragam.
Pada tahun 2018, sebagai cara untuk menyambut mualaf baru dan perempuan yang tidak dapat berbahasa Arab, kontestan diberi pilihan antara membaca Qur’an atau membaca puisi.
Baca Juga: Cara Simpel Merawat Rambut Hitam Agar Tetap Sehat dari Miss Indonesia 2014 Maria Rahajeng
Tahun ini, Muslim yang tidak menggunakan hijab akan diizinkan masuk dan berkompetisi bersama kontestan berjilbab.
Dua kontestan internasional dari Kazakhstan dan Inggris juga akan ikut berkompetisi.
"Butuh waktu lama untuk membangunnya," kata Shahid. “Jika Anda mendukung Miss Muslimah, dalam 10 tahun ke depan percayalah kita juga akan mendapatkan momentum yang bagus.”
Nah, itu dia Stylovers keunikan di balik Miss Muslimah USA, kontes kecantikan gadis Muslim yang menantang stigma di Amerika Serikat. Menarik banget, ya? (*)