Miss Muslimah USA, Kontes Kecantikan Gadis Muslim yang Menantang Stigma di Amerika Serikat

By Cerysa Nur Insani, Jumat, 2 Oktober 2020 | 14:20 WIB
Miss Muslimah USA, Kontes Kecantikan Gadis Muslim yang Menantang Stigma di Amerika Serikat (www.nytimes.com)

Sebagai seorang pengguna hijab, Shahid merasa bahwa ia dan perempuan lain sepertinya menanggung beban diskriminasi terhadap Muslim, populasi yang diperkirakan berjumlah lebih dari tiga juta di Amerika Serikat.

Maghrib Shahid, pencetus Miss Muslimah USA. (www.nytimes.com)

Presiden Trump yang juga seorang mantan tokoh dari dunia kontes kecantikan, ikut andil mengobarkan Islamofobia di negara itu, dengan melarang migrasi dari beberapa negara mayoritas Muslim.

"Dari penampilan kami terlihat jelas bahwa kami Muslim, kami yang akan diserang lebih dulu," kata Shahid.

"Saya ingin memberi perempuan Muslim kesempatan untuk mengubah kesalahpahaman tentang diri mereka sendiri."

Halima Yasin Abdullahi (23) yang dinobatkan sebagai Miss Muslimah pertama pada tahun 2017, mengatakan bahwa hingga dua tahun ke depannya, ia masih merasakan dampaknya.

Baca Juga: Puteri Indonesia 2020 Rr. Ayu Maulida Putri: Model Berprestasi dengan Kepedulian Tinggi Terhadap Dunia Sosial Lewat Gerakan Senyum Desa #InspirasiCantik

"Saya mendapatkan kepercayaan diri yang sangat kuat dan konsisten, dan belajar menghargai kekurangan saya," katanya. "Inilah saya. Beginilah saya dilahirkan."

Untuk mengikuti Miss Muslimah USA, kontestan harus merupakan seorang Muslim berusia 17 hingga 30 tahun.

Setelah mereka terdaftar, mereka dapat bersiap untuk berkompetisi dalam lima kategori: abaya, burkini (pakaian renang Muslim), pakaian acara khusus yang sederhana (pakaian yang terlalu ketat dapat menyebabkan diskualifikasi) dan bakat, yang bisa berupa membaca puisi atau membaca Qur’an.

Bukan bikini, kontestan Miss Muslimah USA justru harus tampil dengan baju renang Muslim. (www.nytimes.com)

Kontestan juga harus menjawab pertanyaan ini: "Jika Anda dinobatkan sebagai Miss Muslimah USA, bagaimana Anda akan menggunakan gelar itu untuk mengubah kesalahpahaman tentang perempuan Muslim di dunia?"