“Ini bukan tentang menjadi kaya. Ini tentang membuat perbedaan yang nyata, dampak yang nyata,"kata Shahid.
“Saya ingin orang benar-benar mendapat manfaat dari ini. Saya ingin mengubah hidup mereka. Saya ingin mengubah jiwa mereka,” lanjutnya.
"Ketika saya menemukan Miss Muslimah, saya tidak pernah menyangka peluang seperti ini akan muncul," kata Andrea Rahal (30), salah satu kontestan.
“Saya selalu bermimpi untuk mengikuti kontes kecantikan, jadi ketika kesempatannya datang, saya selalu ambil risiko dan ambil kesempatan,” lanjutnya.
Dalam balutan gaun mereka, para kontestan membacakan pidato mereka, yang menyentuh isu Islamofobia, feminisme, perawatan diri, hingga keinginan untuk dilihat sebagai individu yang multidimensi dalam masyarakat Amerika.
Baca Juga: Rahasia Kulit Mulus Puteri Indonesia Sonia Fergina Citra Mudah Kamu Tiru
“Saya seorang feminis Muslim,” ujar Zeytuna Mohamed, seorang mahasiswi perawat berusia 22 tahun dari Des Moines, berkata di atas panggung.
“Banyak orang mengira kedua hal itu tidak cocok, tapi saya di sini untuk membuktikan Anda salah. Saya tidak tertindas. Saya tidak pasif, dan saya pastinya tidak terkurung. "
Umuhani Abdullahi (20) perwakilan dari Ohio, mengatakan dalam pidatonya: “Ini adalah rumah saya, Amerika. Ini adalah satu-satunya rumah yang saya tahu sekarang. Saya sangat bermimpi melihat gadis-gadis seperti saya di buku mode, di papan reklame, di iklan Coca-Cola dan tentunya di film. Semoga saja Netflix. ”
Sama seperti beberapa kontes kecantikan lainnya Amerika, Miss Muslimah juga sempat mengalami guncangan saat mencoba untuk memantapkan diri sebagai organisasi yang sah.