Ari berkata, jika bagian dinding dalam rektum sudah sobek tetapi seks anal tetap dilakukan berulang, akan terjadi penutupan yang tidak rapat dari anus dan berakhir pada feses yang bisa keluar dengan sendirinya (inkontinensia alvi).
Jika terjadi luka di bagian rektum dan anus inilah yang akan memudahkan tertularnya berbagai infeksi dari pasangan yang melakukan seks anal.
"Risiko terjadi luka akan bertambah banyak jika proses seks anal dilakukan secara dipaksa," sambungnya.
"Ini (dubur) bukan tempat untuk senggama, tapi untuk BAB (buang air besar) keluar. Feses sebelum dikeluarkan setiap pagi memang ditampung di situ."
Baca Juga: Cara Pilih Pelumas Saat Melakukan Hubungan Seks, Jangan Sampai Salah!
Karena anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran, kata Ari, jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi.
"Ini (anus) sumbernya infeksi, kuman, jamur, bakteri, ada di sana." Lantas, apakah hal ini bisa disembuhkan? Dilansir dari WebMD, karena tinja yang secara alami mengandung bakteri melewati rektum dan anus saat meninggalkan tubuh, bakteri tersebut berpotensi menyerang kulit melalui luka karena sobekan seks anal.
Ini meningkatkan risiko abses dubur, infeksi kulit dalam yang biasanya memerlukan pengobatan antibiotik.
Baca Juga: 3 Cara Sederhana agar Tetap Kuat dan Tidak Loyo Saat Berhubungan Seks di Ranjang!
Ari berkata, jika luka karena seks anal masih baru, itu masih bisa disembuhkan dengan sejumlah pengobatan.
Namun jika anus tidak dapat menutup dengan rapat sehingga feses bisa keluar dengan sendirinya, itu harus dilakukan operasi.
"Kalau sudah membuat anus tidak menutup harus dilakukan operasi," ungkap Ari. (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR