Fenomena gelombang kedua ini kebanyakan diasosiasikan dengan pandemi flu di masa lampau.
Melansir Kompas.com, 29 Juni 2020, pada pandemi flu tahun 1918 yang menginfeksi 500 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian lebih dari 50 juta orang, terjadi gelombang kedua yang lebih mematikan beberapa bulan setelah gelombang pertama.
Kemudian, gelombang ketiga terjadi di sejumlah negara pada tahun 1919.
Prediksi puncak pandemi di Indonesia
Pada April 2020, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperkirakan puncak pandemi di Indonesia akan dimulai pada Mei dan berakhir Juli.
Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa kasus Covid-19 masih terus mengalami kenaikan dan belum mengalami penurunan signifikan.
Menurut Dicky, melesetnya prediksi tersebut kemungkinan adalah karena banyaknya kasus yang belum terdeteksi.
Melihat pola peningkatan kasus dan sebarannya, Dicky menganggap Indonesia belum mencapai puncaknya.
Melansir Kompas.com, 6 Juli 2020, pakar epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono juga mengemukakan pendapat serupa.
Pandu menyebut bahwa Indonesia masih jauh dari puncak pandemi Covid-19.
Faktor yang memengaruhi
Melihat sejarah masa lalu, gelombang kedua pandemi flu dapat dipengaruhi oleh perubahan, baik pada virus maupun perilaku manusia.
Menurut Pewakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof Akmal Taher, gelombang kedua dapat terjadi apabila sistem yang dibuat pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.
Risiko gelombang kedua berpotensi ketika ada transmisi saat orang-orang merasa aman karena melewati puncak pandemi.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR