Stylo.ID - Setelah sekitar dua bulan berjibaku mengatasi dan mengalahkan virus Corona, kota Wuhan sebagai titik pusat munculnya virus ini mulai pulih.
Pada 19 Maret 2020 untuk pertama kalinya Wuhan mengumumkan nol kasus penularan lokal baru dari penyakit COVID-19 (kompas.com).
Kini, mata internasional justru tertuju pada Italia, negara yang juga dikenal sebagai tempat lahirnya puluhan brand dan desainer fashion kelas dunia.
Sejak pertengahan Maret lalu, Italia ditetapkan sebagai negara dengan jumlah kasus COVID-19 kedua setelah China dengan 27.980 angka positif.
Apa yang sebenarnya terjadi di Italia?
Seorang Warga Negara Indonesia yang tinggal di Trieste, Italia menjelaskan secara kronologis bagaimana dampak COVID-19 mempengaruhi keadaan di Italia pada akun Instagram @pratama_yogi.
Kasus COVID-19 pertama di Italia ditemukan pada tanggal 20 Februari di kota Codogno pada seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan rekan kerjanya yang sempat bepergian ke China pada 21 Januari 2020.
Tak hanya satu, istri sekaligus rekan dari kasus pertama bersama tiga orang lainnya juga dinyatakan positif di hari bersamaan.
Keesokan harinya yaitu pada tanggal 21 Februari 2020, angka kasus COVID-19 di Italia melonjak menjadi 16 orang hingga pemerintah menetapkan lockdown pada 11 kota di sekitar zona outbreak.
Pada tanggal 24 Februari 2020 angka kasus sudah mencapai 227 dan pemerintah mulai meliburkan sekolah dan universitas hingga tanggal 1 Maret 2020.
Dalam keadaan ini, masyarakat Italia belum juga sadar kondisi genting yang mereka hadapi.
Liburnya sekolah dan universitas justru membuat banyak warga bepergian dan berlibur ke daerah lain di negara Italia, membuat penyebaran semakin mungkin terjadi.
Memasuki bulan Maret 2020 kasus positif COVID-19 di Italia telah mencapai 1694 kasus dengan 52 orang korban meninggal dunia tetapi masyarakat masih menanggapi dengan cukup santai.
Di minggu pertama Maret 2020, angka kasus positif COVID-19 di Italia melonjak menjadi 5883 kasus, tetapi aktivitas di daerah yang belum menetapkan lockdown masih berjalan normal tanpa ada perubahan.
Pada 8 Maret 2020 Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menetapkan lockdown di 25% area Italia serta mulai menerapkan social distancing atau pemberian jarak sebesar 1 meter antar setiap orang,
Pemberitahuan mengenai lockdown yang diberitakan semalam sebelumnya justru memicu 10.000 orang dari zona merah meninggalkan tempatnya dan menyebar ke kota-kota lain dalam semalam, kejadian ini justru mempercepat penyebaran virus ke hampir seluruh daerah di Italia.
Keesokan harinya rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien COVID-19 karena jumlah kasus sudah melebihi kapasitas, padahal Italia merupakan salah satu negara dengan sistem dan fasilitas kesehatan terbaik di dunia.
Pada 10 Maret 2020 angka kasus COVID-19 di Italia sudah mencapai angka 10.000 dan pemerintah mulai memberlakukan lockdown untuk seluruh wilayah negara Italia.
Semua toko dan fasilitas tutup kecuali supermarket dan apotek untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
Seluruh penduduk dilarang keluar rumah tanpa alasan dan keperluan jelas yang perlu dibuktikan dalam bentuk surat resmi.
Hukuman denda atau penjara menjadi ancaman bagi siapa pun yang keluar dari rumah tanpa alasan dan keperluan yang jelas.
Di saat inilah penduduk Italia baru menyadari kondisi mencekam yang sedang mereka hadapi.
Bak negara mati, kota-kota di Italia termasuk Kota Milan yang terkenal dengan gemerlapnya sebagai salah satu pusat mode pun redup bak kota mati.
Menghadapi jumlah pasien yang begitu banyak, para dokter pun terpaksa harus memprioritaskan pasien mana yang harus dan masih bisa diselamatkan.
Sistem kesehatan dan rumah sakit mulai kolaps, hingga Italia mulai membangun barak-barak darurat demi merawat pasien COVID-19 yang bergelimpangan.
Setelah ditemukan lebih dari 10.000 kasus dan paksaan dari pemerintah untuk diam di rumah, barulah penduduk Italia menyadari betapa berbahayanya virus Corona yang sedang mewabah ini.
Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Italia, Indonesia kini sedang berada di fase awal dalam menghadapi COVID-19 dengan angka kasus positif sebanyak 309 kasus dan 31 korban meninggal per 19 Maret 2020.
Saat ini pemerintah pusat Indonesia pun tidak memberlakukan lockdown, tetapi anjuran untuk melakukan social distancing, mengurangi aktivitas di luar rumah, melarang berkumpulnya banyak orang, serta belajar dan kerja dari rumah telah digaungkan.
Selebritis, figur publik, serta media juga terus menyuarakan kampanye #DiRumahAja untuk mengajak orang-orang mengurangi aktivitasnya di luar rumah demi memutus rantai penularan COVID-19.
Dengan masa inkubasi virus Corona selama 7 hingga 14 hari, apa yang dilakukan oleh warga Indonesia terutama yang berada di wilayah padat penduduk dan telah terinfeksi akan menentukan apa yang terjadi dalam dua minggu ke depan.
Baca Juga: Serba-serbi Hand Sanitizer untuk Mencegah Virus Corona, Wajib Tahu!
Apa yang terjadi di Italia bisa menjadi cerminan mengenai apa yang akan terjadi di Indonesia apabila kesadaran masyarakat tak segera terbangun.
Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari apa yang dialami oleh Italia dan bisa menjadi pedoman bagi kita dalam menentukan aksi apa yang akan kita lakukan hari ini dalam berusaha meminimalisasi resiko penyebaran COVID-19.
Yuk Stylovers, lakukan langkah tepat sekecil apa pun yang bisa membantu mencegah dan menanggulangi COVID-19 di Indonesia! (*)
Tika Gilang, Geluti Dunia Marketing dan Branding Hingga Jadi Kandidat PhD Lancaster University
KOMENTAR