Punya bentuk tubuh yang curvy membuat Tita sering mendapatkan perilaku body shaming dari orang terdekatnya.
“Pernah saat berkunjung dibilang “Ya ampun besarnya kamu” sambil melihat aku dari ujung kaki hingga ujung kepala yang bikin aku nggak nyaman banget,” ujar Tita.
Tak sampai di situ, Tita pun menerima pukulan di bagian lengannya yang terasa sakit karenanya.
Sering menerima perilaku body shaming dari orang sekitarnya dirasakan Tita membawa perubahan pada kepribadiannya.
“Aku jadi nggak percaya diri dan tidak mau bertemu dengan orang lain karena insecure dengan bentuk tubuh aku dan takut akan mengalami hal yang sama lagi,” ujar Tita penuh haru.
Seiring berjalannya waktu, ia pun menyadari harus bangkit dari keterpurukannya demi kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupnya.
“Aku sadar bahwa nggak ada cara lain selain membuktikan pada diri sendiri dan orang lain bahwa apapun bentuk tubuhku aku bisa bahagia dan sukses. Orang gemuk bisa berkarya dan memiliki hak yang sama seperti orang lain,” ujar Tita.
Sejak saat itulah, Tita belajar menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri untuk mencapai definisi bahagia dan sukses dalam hidupnya.
“Dengan menerima seutuhnya diri aku, aku jadi percaya diri, menghargai segala perbedaan yang ada pada diri aku dan orang lain,” ungkapnya.
Dirasakan Tita sebelum mencintai dirinya sendiri seutuhnya, ia selalu melihat kekurangan dirinya sebagai kesedihan yang harus diratapi.
Namun, setelah mencintai dirinya sendiri, diceritakan Tita bisa fokus mengembangkan potensi dan melihat kelebihan yang ada pada dirinya.