Untungnya, Felinda memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu ada dan mendukung dirinya di saat suka maupun duka.
Kebiasaan menulis diary untuk menumpahkan segala perasaannya dari setiap momen yang ia alami dalam hidupnya sejak sekolah dirasakanya ampuh membantu dirinya bangkit dari kesedihan dengan cepat.
Selain menulis diary, jajan diakui Felinda dapat mengurangi rasa sedih dan stress dirinya seperti saat mengalami body shaming.
Namun, tak dapat dipungkiri body shaming masih ia terima hingga sekarang.
Uniknya, perilaku body shaming yang ia dapatkan saat ini justru dari orang yang tak dikenalnya di tempat umum.
Daripada fokus dengan omongan body shaming orang sekitarnya, Felinda sadar bahwa hanya dirinya yang dapat memilih untuk bangkit atau berputus asa.
Tak ingin berlarut dalam kesedihannya, Felinda memilih untuk belajar mencintai dirinya sendiri dengan fokus belajar mencapai cita-citanya berkarier di bidang IT.
Berawal dari gemar bermain komputer, kekagumannya pada perkembangan teknologi yang pesat serta memberikan kemudahan pada manusia dalam beraktivitas dan bekerja membuat Felinda ingin bekerja di bidang IT.
Mengambil jurusan Teknik Informatika di Universtas Brawijaya, Felinda belajar begitu keras hingga berhasil mengawali karirnya dengan internship di perusahaan IT ternama, Apple.
Selain sibuk belajar dan mencari pengalaman saat magang di perusahaan IT ternama dunia, Felinda menemukan potensi dirinya yang lain lewat pengalaman body shaming yang pernah ia alami.
Perilaku body shaming yang ia terima membuat dirinya belajar menerima kelebihan dan kekurangan diri tanpa mengubah dirinya menurut perkataan orang lain.
“Dari perilaku body shaming juga aku jadi sadar kalau aku harus bangkit dengan cara merawat diri sebaik mungkin untuk menjadi pribadi yang lebih baik bukan mengubah diri menjadi seperti yang orang lain inginkan.Yang aku lakukan adalah merawat diri, belajar menggunakan makeup dari beauty vlogger di YouTube dan mencoba tampil fashionable sesuai bentuk tubuhku,” cerita Felinda pada Livi Stylo.