Stylo.ID - Berbagai jenis usaha tak dapat terhindar dari dampak akibat pandemi Covid-19.
Tak terkecuali bisnis brand kecantikan yang mungkin selama ini menjadi salah satu brand favoritmu, Stylovers.
Meski trennya cukup tinggi, produk dari brand kecantikan masih belum dianggap sebagai kebutuhan dasar bagi sebagian besar masyarakat.
Oleh sebab itulah brand kecantikan harus menjadi salah satu yang terkena dampak dari pandemi Covid-19 di saat kemampuan belanja masyarakat sempat menurun.
Namun, setiap brand kecantikan pastinya memiliki pengalaman berbeda dalam menghadapi pandemi ini.
Kali ini ada tiga manager dari tiga brand produk kecantikan berbeda di Indonesia yang #BerbagiCerita mereka dalam mempertahankan kehadirannya bagi konsumen di masa pandemi Covid-19.
Ketiga brand kecantikan yang bisa kita simak kisahnya ini adalah FOREO Sweden brand alat perawatan kulit berteknologi canggih, de’Reinez salah satu brand skincare lokal, dan Mutouch yang merupakan brand produk perawatan kulit tubuh.
Baca Juga: Berbagi Cerita Para Makeup Artist Untuk Tetap Betahan dan Berkarya di Tengah Pandemi Covid-19
Ini dia cerita tantangan para brand kecantikan dengan jenis produk berbeda ini dalam bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan New Normal Beauty.
Antisipasi Jauh Sebelum Pandemi Memasuki Indonesia
Sebagai salah satu brand yang produknya dipasarkan secara multinasional, FOREO Sweden memiliki pengalaman yang cukup menarik saat pandemi mulai terjadi.
Sebelum pandemi memasuki Indonesia, FOREO di Indonesia sudah mulai mempelajari kasus serta langkah yang diambil oleh FOREO di China saat pandemi dimulai di negara tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Desty Ferryan selaku Asia Regional Manager of Digital PR and Content Advertising dari FOREO Sweden.
Jarak waktu selama sekitar 2 bulan antara mulainya pandemi di China hingga kasus pertama di Indonesia tersebut dimanfaatkan untuk mulai mempelajari respon pasar serta strategi yang harus dilakukan jikalau pandemi mulai memasuki Indonesia.
Benar saja, di awal bulan Maret kasus pertama pun mulai muncul di Indonesia.
Lantas, strategi apa yang kemudian dilakukan oleh FOREO di Indonesia untuk bertahan di tengah pandemi ini?
Tren konsumsi media yang berubah di masa pandemi menjadi salah satu fokus strategi dari FOREO di Indonesia.
Contohnya, sejak masa pandemi ini konten-konten seperti video Youtube dan IG Live menjadi jenis konten yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama perempuan.
FOREO di Indonesia pun berusaha untuk menyasar platform-platform yang digandrungi tersebut sebagai salah satu cara untuk tetap hadir bagi konsumen.
Tak ketinggalan, FOREO di Indonesia juga menyiapkan pesan yang cocok dengan kondisi saat ini terutama dalam hal kegiatan merawat kulit.
Dengan produk mereka yang bisa digunakan untuk merawat diri kapan saja di rumah, FOREO di Indonesia hadir dengan campaign bertajuk ‘Spa at Home’.
Baca Juga: Berbagi Cerita Bisnis Klinik Kecantikan yang Bertahan di Tengah Sulitnya Masa Pandemi Covid-19
“Di kondisi normal banyak perempuan suka ke salon, spa. Nah sekarang banyak yang komplain kalau mereka enggak bisa ke salon lagi. Jadi kita kasih kayak skincare di masa karantina, ide-ide perawatan di rumah, untuk membantu mereka betah di rumah,” ujar Desty.”
Dengan campaign tersebutlah FOREO di Indonesia mengajak para konsumen untuk tetap bisa merawat kulitnya selama di rumah dengan menggunakan produk mereka.
Balada Sabun Versus Antiseptik
Mutouch, salah satu brand produk perawatan kulit tubuh ini juga mengalami tantangan yang tak kalah menarik di masa pandemi.
Chris Hanes selaku Brand Manager dari Mutouch Indonesia menyampaikan apa yang mereka alami saat pandemi mulai memasuki Indonesia.
Sebagai sebuah brand produk perawatan kulit tubuh, Mutouch memiliki produk utama berupa sabun mandi dan disertai produk lainnya seperti body lotion dan body serum.
“Sabun (merupakan) salah satu yang kena efek karena orang beralih ke hand sanitizer dan antiseptik,” ujar Chris mengawali ceritanya.
Yup, di awal masa pandemi masyarakat memang sempat dihebohkan dengan informasi mengenai keharusan menggunakan hand sanitizer dan sabun antiseptik.
Kehebohan ini sempat membuat hand sanitizer dan sabun antiseptik menjadi barang langka karena diborong habis oleh banyak orang.
Padahal, sabun antiseptik bukan satu-satunya produk yang bisa membersihkan virus dari tubuh.
Justru kandungan surfaktan yang terkandung pada semua jenis sabunlah yang sebetulnya dapat menghancurkan lapisan lemak yang melindungi virus.
Jadi, sebetulnya dalam kondisi tersebut sabun secara umum tetap menjadi barang yang penting dan dapat membunuh virus.
Oleh sebab itu, Mutouch berusaha untuk menyampaikan informasi ini dengan cara sebaik mungkin pada konsumen.
Baca Juga: Tips Melakukan Perawatan Kecantikan yang Aman Menurut Pemilik Salon di Era New Normal
“Bukan cuma sabun tangan dan hand sanitizer yang penting tapi juga tubuh, karena bagian badan lain juga bisa kena (bisa menjadi tempat virus menempel) dan tetap perlu dibersihkan,” pesan Chris.
Di saat itu pula Mutouch baru saja meluncurkan varian baru mereka dengan kandungan Habbatussauda yang juga memiliki kemampuan antibakteri, sehingga menjadi momen yang tepat untuk memasarkannya.
Pola belanja masyarakat yang lebih banyak dilakukan secara online sejak adanya pandemi pun mempengaruhi pemasaran produk Mutouch.
Produk sabun yang biasanya dipasarkan melalui drugstore di mall harus melakukan penyesuaian akibat mall yang sempat ditutup untuk sementara waktu.
Sebagai solusinya, kini produk Mutouch sudah bisa didapatkan secara online via marketplace resmi mereka atau supermarket standalone yang tidak berlokasi di dalam mall.
Tak ketinggalan, Mutouch juga menyesuaikan campaign mereka di 2020 yaitu Mutouch Moments menjadi Mutouch Moments at Home.
Campaign ini berfokus pada waktu mandi yang menjadi momen krusial dan personal bagi setiap orang untuk relaks dan menyendiri.
Lewat media sosial, Mutouch membagikan informasi mengenai tips dan aktivitas sehari-hari yang bisa dilakukan selama masa pandemi menggunakan produk mereka.
Daya Beli Konsumen yang Menurun
Liedia Tjahaya, Marketing Manager dari brand skincare lokal de’Reinez turut membagikan pengalaman de’Reinez dalam bertahan di masa pandemi.
Sejak pandemi mulai memasuki Indonesia di bulan Maret, Liedia mengakui adanya penurunan dalam penjualan meski tidak terlalu signifikan dan kegiatan masih tetap bisa dilakukan seperti biasanya.
Daya beli dan minat belanja masyarakat yang turun menjadi salah satu penyebabnya.
“Memang diakui, agak sulit dalam pemasaran, karena sebagian konsumen menyimpan dana untuk kebutuhan pokok. Sedangkan produk de'Reinez merupakan kebutuhan sekunder,” ujar Liedia.
Baca Juga: Tips Cantik Bermakeup Pakai Jasa MUA yang Aman Menurut Makeup Artist Ternama di Era New Normal
Untuk beberapa saat, tim de’Reinez sempat menghentikan beberapa kegiatan promosi yang biasa mereka lakukan.
Namun, tim de’Reinez tetap melakukan follow up terhadap pelanggan-pelanggan mereka sebelumnya untuk mempertahankan konsumen.
Sebagai salah satu bentuk strategi, tentunya de’Reines juga menyampaikan informasi bahwa produk mereka merupakan produk yang bermanfaat untuk tetap merawat kulit selama hanya di rumah saja.
Selain itu, de’Reinez juga sempat mengadakan diskon khusus untuk pembelian dan produk tertentu lho untuk menarik konsumen.
Wah, mungkin Stylovers juga sempat mendapatkan diskon saat berbelanja produk de’Reinez beberapa waktu lalu, nih?
Nah, itu dia Stylovers para brand kecantikan yang #BerbagiCerita mengenai tantangan mereka untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan New Normal Beauty. Simak kisah #BerbagiCerita di New Normal Beauty lainnya, ya! (*)
#SemuaBisaCantik