Babak Belur! Amerika Serikat Diambang Keterpurukan Setelah Dihajar Corona, Demo Rusuh Seantero Negeri Sampai 'Perang Dingin' dengan China

By Ristiani Theresa, Selasa, 2 Juni 2020 | 18:38 WIB
AS Diambang Kehancuran, Sudah Babak Belur Dihajar Corona, Demo Rusuh Seantero Negeri Sampai 'Perang Dingin' dengan China Jadi Beban Tambahan (Kamil Krzaczynski)

Stylo.ID - Amerika Serikat saat ini tengah menjadi sorotan dunia.

Seperti yang kita tahu, Amerika Serikat telah babak belur dihajar virus coirona hingga membuat perekonomiannya terpukul sepanjang kuartal I-2020.

Tak berhenti sampai disitu, aksi protes akibat kematian George Floyd, ditambah kembali memanasnya tensi dagang dengan China diprediksi bakal menyeret perekonomian Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Masuki Fase New Normal, Haruskah Tahan Napas Saat Berdekatan dengan Orang Untuk Cegah Tertular Corona? Ini Penjelasannya!

Kamis (28/5), Departemen Perdagangan AS mengumumkan, PDB AS sepanjang kartal I-2020 kontraksi 4,8%.

Posisi tersebut menjadi kontraksi terdalam setelah krisis ekonomi 2008, di mana saat itu AS mencatat pertumbuhan ekonomi negatif 8,4%.

Pandemi virus corona jadi faktor utama merosotnya ekonomi AS.

Baca Juga: Gubernur Maluku Pakai Obat Corona dari China: 'Ini Terbukti Sembuhkan Pasien di Wuhan'

Ekspansi perusahaan yang minim akibat lockdown, sementara daya beli konsumen juga merosot lantaran lebih jutaan orang dipecat dan hanya berdiam diri di rumah.

Sayangnya, upaya pemulihan ekonomi AS yang baru saja dimulai dengan pembukaan sejumlah ritel, kini malah berakhir tragis.

Hal ini muncul setelah sejumlah aksi protes yang berujung penjarahan di beberapa wilayah negara bagian.

Baca Juga: Kabar Gembira! Dokter Paling Top di Italia Mengatakan Virus Corona Sudah Kehilangan Potensinya dan Melemah Karena Lihat Hal Ini!

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Instagram @realdonaldtrump)

Aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di sekitar 30 negara bagian terjadi setelah kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam yang mendapat kekerasan dari seorang polisi di Minneapolis.

Aksi protes yang terjadi di New York, Chicago, hingga Los Angeles disertai dengan sejumlah aksi perusakan hingga penjarahan.

Beberapa toko kenamaan hingga barang mewah seperti Nike, Adidas, Louis Vuitton hingga Kaws tak luput dari penjarahan.

Baca Juga: Bisa Melonjak Kapan Saja, Puncak Kedua Pandemi Corona Justru Lebih Berbahaya, Jangan Anggap Remeh!

Perusahaan-perusahaan justru menilai hal ini lebih menakutkan dibandingkan efek yang diciptakan oleh pandemi.

“Orang-orang meyadari (pandemi) membuat pekerjaannya hilang atau tidak akan kembali dengan cepat."

"Ini semua diperparah dengan masalah rasialisme, dan menggambarkan bagaimana putus asa nya masyarakat AS,” kata Chief Economist Moody’s Mark Zandi dikutip dari Reuters.

Merebaknya aksi kekerasan ini bikin Amazon bakal mengurangi layanan pengiriman barangnya di kota-kota yang yang menjadi puncak aksi protes.

Baca Juga: Kartu Tarot Pertanda Baik Muncul, Ramalan dari Ahli Tarot Kondang Ini Soal Wabah Corona Bikin Seantero Indonesia Lega

Target Corp, perusahaan ritel berlogo merah, juga telah kembali menutup sementara 32 tokonya di Minneapolis, puluhan lainnya akan menyusul ditutup. Sementara di Chicago, 135 properti di pusat bisnisnya juga ikut hancur akibat aksi protes.

Kematian Floyd sekaligus aksi protes atas hal tersebut juga menujukan tekanan rasialisme yang masih kuat di AS, ditambah penangan kesehatan dan distribusi kekayaan terhadap mereka.

Di New York misalnya orang Afrika-Amerika memiliki tingkat infeksi lebih tinggi dibandingkan ras lainnya.

Sementara dari laporan McKinsey & Co disebut bahwa lebih dari 39% pekerjaan mereka berpotensi hilang akibat pandemi.

Baca Juga: Awalnya Dipuji WHO karena Terbaik Atasi Corona dan Masyarakatnya Sudah Hidup Normal, Korea Selatan Justru Alami Lonjakan Pasien Covid-19 dan Berencana Terapkan Lockdown

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Reuters via Kompas)

Di sisi lain, aksi Presiden Donald Trump pekan lalu yang menyatakan AS bakal menghilangkan sejumlah privilege buat Hong Kong, sekaligus memberikan sanksi bagi Hong Kong dan China jadi pemantik ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok.

Relasi antara kedua negara ini memang makin memburuk selama pandemi.

Trump kerap mengolok-olok negara-negara Asia, terutama Negeri Tirai Bambu sebagai sumber pandemi dan ketidakmampuan mereka melakukan penanganan dengan baik.

Sementara pernyataan Trump tersebut juga telah direspon China dengan memerintahkan perusahaan pelat merah agrikultur China yaitu Cofco, dan Sinograin untuk menunda pembelian bahan pertanian asal Negeri Paman Sam.

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul AS Diambang Kehancuran, Sudah Babak Belur Dihajar Corona, Demo Rusuh Seantero Negeri Sampai 'Perang Dingin' dengan China Jadi Beban Tambahan,

Editor: Muflika Nur Fuaddah