Stylo.ID - Dear Stylovers, pernahkah kamu benar-benar menyadari betapa terlahir menjadi perempuan adalah anugerah yang begitu membanggakan?
Sebagai seorang perempuan, tentunya ada begitu banyak keistimewaan yang dapat kita syukuri dan harus kita manfaatkan untuk hal-hal yang baik.
Namun, tumbuh besar sebagai seorang perempuan, tentunya ada sejumlah isu yang tidak bisa kita sangkal pasti pernah dihadapi oleh banyak perempuan.
Isu yang sudah begitu mengakar di masyarakat, bahkan menjadi nilai yang ditanamkan oleh banyak keluarga sejak anak perempuan lahir, yang justru membatasi gerak-gerik perempuan dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai seorang insan.
Diremehkan dan dianggap tidak bisa melakukan sesuatu lebih baik daripada laki-laki.
Harus menelan argumen yang benar hanya karena stereotip perempuan harus selalu lemah lembut dan tidak boleh mendominasi.
Dicap manja, lemah, bahkan cengeng dalam situasi tertentu.
Bukan fakta yang mengejutkan kalau Stylovers tak merasa asing dengan skenario di atas.
Nyatanya, budaya patriarki yang sudah begitu mengakar dalam masyarakat dan budaya memang menghasilkan ketidaksetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.
Bahkan, ketidaksetaraan gender antara perempuan dan laki-laki masih juga banyak terjadi di zaman modern seperti saat ini.
Tentunya, perempuan sebagai makhluk yang kuat pun tak tinggal diam dan bangkit memperjuangkan haknya untuk bisa setara dengan laki-laki.
Gerakan para pejuang emansipasi wanita di seluruh dunia tersebut kita kenal dengan istilah feminisme.
Salah satu tokoh perempuan Indonesia, R. A. Kartini bahkan telah memperjuangkan emansipasi wanita di negara ini dan berhasil membuat perempuan Indonesia mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki terutama di bidang pendidikan pada masanya.
Gerakan feminisme yang telah diperjuangkan sekian lama kini mulai berbuah manis.