Stylo Indonesia - Kota mode tak hanya Paris atau Milan saja, hampir seluruh benua di dunia memiliki kota yang dianggap sebagai pusat mode.
Salah satunya adalah New York, yang diakui sebagai kota mode terbesar dan terpopuler di Amerika Serikat.
New York memang memiliki sejumlah keunikan dan sejarah tersendiri dalam bidang fashion yang membuatnya diakui sebagai salah satu kota mode di dunia.
Tak main-main, New York bahkan pernah menggeser Paris sebagai kota mode nomor satu di dunia!
Dilansir dari urbanist.live, inilah keunikan New York sebagai kota mode di Amerika!
Ada beberapa ibu kota mode di seluruh dunia, tetapi empat yang berkuasa hingga hari ini adalah Paris, Milan, London, dan New York.
Tetapi industri mode yang kita kenal sekarang tidak akan sama jika bukan karena Kota New York. Mari kita telusuri sejarah untuk mencari tahu bagaimana New York menjadi ibu kota mode dunia.
Pada tahun 1860-an di Amerika, pakaian siap pakai meledak dalam popularitas karena dua alasan. Mesin jahit semakin kecil dan terjangkau, dan Perang Saudara.
Jutaan pengukuran diperoleh oleh militer AS dan membuat sistem yang berkembang dengan baik untuk anak laki-laki dan ukuran pria tersedia untuk umum.
Pada tahun 1880-an jutaan imigran Yahudi dari Eropa Timur membanjiri pantai Amerika. New York mengalami arus masuk imigrasi terbesar hingga area Lower East Side menjadi tempat terpadat di Bumi.
Para imigran Yahudi Eropa Timur datang ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat karena banyak dari mereka sudah menjadi pekerja tekstil dan garmen di tanah air mereka.
Ini adalah kesempatan mereka untuk berhasil di Amerika! Ratusan toko pakaian dibuka di lingkungan ini.
Dari tahun 1860-an hingga seterusnya adalah pertumbuhan distrik perbelanjaan utama di Kota New York.
Masa ini adalah kelahiran department store terkenal di Amerika Serikat seperti Tiffany & Co. dan Macy’s.
Namun tepat di sebelah 5th Avenue, pabrik garmen sedang dibuka. Hal ini menguntungkan industri garmen untuk berada tepat di sebelah toko, menghemat banyak uang untuk biaya pengiriman.
Namun selama waktu makan siang, ribuan pekerja garmen laki-laki keluar untuk makan siang, tumpah ke area yang dipenuhi oleh banyak perempuan kelas atas. Hal ini membuat takut banyak klien kelas atas.
Kaum kelas atas New York pun melawan kelas pekerja yang ada di dekat mereka.
Sekelompok bangsawan, makelar, dan pemilik bisnis kelas atas mendesak masyarakat untuk menghentikan aktivitas pabrik garmen yang ada di area tersebut.
Sebagian besar industri garmen dimiliki dan dijalankan oleh orang Eropa Timur, yang masih menjadi minoritas di Amerika, mereka tidak punya pilihan selain berusaha membangun pabrik garmen mereka di tempat lain.
Karena itu, mereka memindahkan pabrik mereka di area New York yang tidak berani dijamah orang lain.
Daerah ini dulu dikenal sebagai “The Tenderloin”. Area itu dipenuhi dengan rumah pelacuran, sarang perjudian, lubang air kotor, dan kabaret.
Area ini adalah area paling gelap di Manhattan. Itu berarti satu hal bagi para pengusaha garmen, harga tanah murah, sangat murah.
Dua pabrik garmen pertama yang didirikan adalah The Garment Capitol Center yang mengapit Seventh Avenue di 37th Street. Hanya dalam kurun waktu 10 tahun, lebih dari 130 pabrik garmen dibangun di sini.
Pada tahun 1960, 75 persen dari semua pakaian wanita dan anak-anak yang dijual di Amerika diproduksi di sini. Area ini kemudian disebut dengan Garment District atau Distrik Garmen.
Ikon mode seperti Ralph Lauren, Calvin Klein, dan Donna Karan semuanya memulai di sini pada 1960-an.
Kemudian desainer yang datang dari kota lain datang ke Seventh Avenue seperti Oscar De La Renta.
Keempatnya, di antara banyak lainnya, berlokasi di 550 Seventh Avenue. Dan menjadi brand fashion besar-besaran yang menjual miliaran produk mereka.
Lingkungan di tengah Manhattan yang hanya membutuhkan 10 menit berjalan kaki dari ujung ke ujung inilah yang menjadi alasan mengapa New York menjadi ibukota mode.
Akankah Kota New York Tetap Menjadi Ibu Kota Mode?
Jika dilihat sekarang, Distrik Garmen tidak lagi semarak dulu. Distrik Garmen tidak lagi menjadi pusat mode di Kota New York, yang sejak tahun 1990-an telah tersebar di lima wilayah.
Saat ini terdapat 1.568 perusahaan manufaktur garmen dengan sekitar 22.000 karyawan. Tetapi semakin banyak dari mereka hanya melayani desainer skala kecil dan klien ritel.
Bersamaan dengan itu perancang busana skala kecil mendirikan toko mereka di tempat-tempat seperti Astoria, Queens dan Williamsburg, Brooklyn.
Dengan maraknya Instagram, kebutuhan akan toko fisik menjadi kurang penting karena desainer dapat melayani pelanggan mereka secara langsung.
Namun tak bisa disangkal, New York terus menjadi ibu kota mode. Menyelenggarakan salah satu Fashion Week terbesar dua kali setahun, dan menjadi markas besar banyak brand fashion global.
Tetapi dengan kebangkitan ekonomi negara-negara dunia ketiga yang sebelumnya bersaing di pasar global, New York memiliki persaingan, seperti halnya Prancis, London, Milan, dan Tokyo juga.
Namun, sejarah tak bisa menyangkal bahwa New York menjadi rumah untuk Fashion Week pertama diadakan pada tahun 1943.
Selain itu, New York juga dinobatkan sebagai 2014 Top Global Fashion Capital, mengalahkan Paris dan London.
Nah, itu dia Stylovers keunikan New York sebagai kota mode di Amerika yang pernah menggeser Paris. Menarik, bukan? (*)
KOMENTAR