“Saya dan tim, kami bekerja sebagai advokasi yang memberikan perlindungan hak kepada masyarakat yang berkerja sebagai buruh migran yang merantau dan mendampingi ibu-ibu migran yang memiliki usaha produktif,” ujar Lucia.
Percaya bahwa tak hanya laki-laki yang bisa bekerja keras, menurut Lucia wanita juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam bekerja dan berjuang demi menghidupi keluarganya.
Bagi Lucia bekerja sebagai staf NGO bukan sekadar menjalani profesi, hubungan pertemanan dan keluarga yang terjalin dari pekerjaannya ini merupakan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi dirinya.
Ia merasa bangga dirinya bisa membantu masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran untuk mendapatkan perlindungan dan edukasi yang baik dalam menjalani pekerjaan mereka.
Bertemu banyak orang dan melayani serta membantu memenuhi kebutuhan masyarakat secara langsung membuat Lucia berubah menjadi pribadi yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Siapa sangka, wanita cantik asal NTT ini justru pernah menjadi sosok yang pemalu dan tidak percaya diri dengan kecantikan dan keunikan yang ia miliki. Bagaimana kisahnya?
Tidak Percaya Diri dengan Warna Kulit dan Rambut Keriting #InspirasiCantik
Sempat mengalami bullying atau perundungan karena fisik yang berbeda di jenjang sekolah membuat Lucia tumbuh menjadi gadis yang pemalu dan tidak percaya diri.
“Untuk orang NTT warna kulit yang sawo matang bahkan hitam dan rambut keriting bukan hal yang aneh karena kami atau hampir seluruh masyarakat NTT mempunyai warna kulit dan jenis rambut seperti itu. Saya bahkan tidak memedulikan itu waktu belum sadar akan penampilan masa SMP dan SMA. Terlahir memiliki rambut keriting membuat saya dipanggil dengan sebutan keriting atau kribo dimulai sejak usia sekolah. Apalagi kalau di dalam keluarga ada yang rambut dan warna kulitnya lebih cerah maka mereka akan mengolok saya,” cerita Lucia.
Baca Juga: Nur Azizah: Content Creator Tutorial Makeup dengan Bahasa Isyarat Untuk Teman Tuli #InspirasiCantik
Ketika masuk ke jenjang perguruan tinggi, di sanalah Lucia mulai bertemu dengan teman-teman dari daerah lain yang memiliki karakter fisik berbeda darinya.
“Saya melihat bahwa ternyata yang cantik itu kulitnya putih dan bersih dan berambut lurus. Hal itu sangat berpengaruh pada pola pikir dan menggangu perasaan saya. Apalagi dengan iklan-iklan TV yang sangat membantu memperkuat pandangan saya bahwa cantik itu harus putih dan berambut lurus,” ungkap Lucia kepada Livi Stylo.
Tahun-tahun pertama kuliah, Lucia masih mempertahankan ciri khas dirinya dengan rambut keriting dan kulit sawo matang.
Tetapi hal itu tidak bertahan lama karena Lucia mulai merasa kurang percaya diri dibandingkan dengan penampilan perempuan lain pada umumnya yang berada di sekitar Lucia.
“Saya melihat teman-teman saya rambutnya lurus, ada yang karena hasil smoothing dan terlihat sangat cantik di mata saya. Sejak saat itu saya mulai menggunakan produk whitening sesuai budget saya,” cerita Lucia lewat ponsel.
Lucia mulai mencoba melakukan perawatan smoothing untuk mengubah penampilannya menjadi lebih seperti perempuan lain di sekitarnya.
Hal itu ia lakukan karena telanjur terpengaruh dengan standar bahwa perempuan yang cantik adalah perempuan yang memiliki kulit putih dan rambut lurus.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR