Setelah berkonsultasi dengan dokter kulit, barulah dirinya tahu bahwa itu merupakan akibat dari kandungan steroid kadar berat pada lotion pemutih yang ia gunakan.
Dr. Erin Gilbert, dokter kulit dari State University of New York Downstate Medical Center di Brooklyn menyampaikan bahwa di tahun 2010 ia menemukan setidaknya satu kasus efek samping pemakaian lotion pemutih kulit abal-abal setiap pekan (nytimes.com).
Di banyak negara, keinginan seseorang untuk memiliki kulit putih memiliki hubungan erat dengan kolonialisme yang menganggap kulit putih merupakan simbol kekuasaan dan status sosial yang lebih tinggi.
Baca Juga: Amankah Krim Pemutih Wajah Online Shop yang Dijual Tanpa Izin BPOM? Simak Investigasinya
Di India, masih ada anggapan sosial bahwa orang dengan kulit lebih putih dianggap memiliki kasta yang lebih tinggi dalam masyarakat.
Oleh sebab itu di tahun 2014 India resmi melarang konsep iklan yang memandang rendah orang berkulit gelap.
Di benua Afrika, negara Pantai Gading resmi melarang peredaran krim pemutih kulit di negaranya pada tahun 2015 dan diikuti oleh Ghana di tahun berikutnya.
Baca Juga: Kasus Krim Pemutih Wajah Palsu yang Dijual Bebas Tanpa Izin BPOM, 2019 Masih Ada?
Sayang sekali, hingga kini di Indonesia kasus lotion pemutih abal-abal masih menjadi kasus yang banyak ditemui ya, Stylovers.
Nah, itu dia Stylovers deretan kasus kulit rusak permanen akibat lotion pemutih abal-abal di negara lain. Bikin ngeri gak sih? (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Potret Serba Pink Marshanda Kenakan Off-Shoulder Dress, Makin Cantik dan Memikat!
KOMENTAR