“Waktu tahun 2019, aku sedang sibuk menjadi mahasiswi semester terakhir dan sejak saat itulah wajahku berjerawat parah. Saat ketemu, orang terdekatku langsung bilang “Kok, jerawatnya tambah parah. Kok, mukanya tambah hancur. Terlalu pakai produk sih kamu” Di situ aku sedih banget dengarnya,” ujar Jihan penuh haru.
Jihan pun dibuat kaget dengan perkataan dari orang terdekatnya yang seharusnya menyemangati dan membantu dirinya, bukan sebaliknya.
“Mereka nggak tahu aku sedang berjuang banget untuk mengatasi jerawat di wajahku, ditambah stres dengan skripsi,” ujar Jihan.
Sejak saat itulah, Jihan bertekad untuk menyelesaikan skripsi secepatnya dan berkarier setelah lulus.
“Aku ingin berkarier secepatnya untuk mengatasi masalah kulitku dengan hasil kerja kerasku sendiri, tapi adanya pandemi di awal tahun 2020 bikin aku harus putar otak untuk tetap bisa bekerja,” ungkapnya.
Jihan tak ingin adanya pandemi membuat dirinya terhambat dalam berkarier, akhirnya ia pun memberanikan diri menjadi beauty content creator.
“Setelah berhasil berkarier menjadi beauty content creator, akhirnya aku bisa mengatasi masalah kulit wajahku dengan hasil jerih payahku dan membalikan hinaan menjadi pujian,” ujar Jihan dengan antusias.
Pengalaman Berharga Alami Beauty Shaming Sebagai Acne Fighter #InspirasiCantik
Pastinya banyak pengalaman berharga yang telah Jihan terima dalam hidupnya sebagai seorang Acne Fighter.
Tak dapat dipungkiri dampak negatif Jihan rasakan setelah sering menerima perilaku beauty shaming dari orang sekitarnya.
“Waktu mengalami beauty shaming, aku merasa insecure, jadi nggak percaya diri banget,” ujar Jihan.