“Saat pertama kali hal itu terjadi, aku merasa biasa aja dan menganggap mereka bercanda saja, tapi makin lama kok makin keterlaluan ya dan dilakukan berulang kali,” ungkap Echa pada Livi Stylo.
Pada waktu kejadian tersebut berlangsung, diceritakan Echa memilih tidak merespon sang pelaku body shaming dengan amarah, emosi atau menghina kembali.
Sebaliknya, Echa memilih hanya tersenyum dan melupakan komentar negatif yang diyakini tidak sesuai dengan dirinya.
“Rasa sedih dan sakit pastinya ada di dalam hati, tapi aku tidak mau memendam adan overthinking. Aku mencoba menerima diri aku dan berusaha berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya,” tuturnya.
Bagi Echa, membalas perilaku body shaming yang dilakukan orang lain terhadapnya tidak membedakan dirinya dengan sang pelaku.
“Tidak ada hal positif yang kita dapat dalam jangka panjang dengan menghina kembali bentuk fisik atau apapun yang berhubungan dengan sang pelaku. Menurutku, balas dendam terbaik adalah membuktikan aku tidak seperti omongan mereka dengan fokus mengukir prestasi,” ujar Echa.
Pengalaman Berharga Menjadi Penyintas Body Shaming #InspirasiCantik
Bukan hal yang mudah untuk dilalui, menjadi penyintas body shaming pastinya memberikan pengalaman berharga dalam hidup Echa.
Tak dapat dipungkiri, Echa merasakan dampak negatif akibat body shaming yang sering diterimanya.
“Aku sempat tidak percaya diri saat harus berbicara dan bercerita di depan banyak orang. Selain itu, aku jadi selalu menyalahkan diri aku saat kondisi tidak berjalan sesuai yang aku atau orang lain inginkan,” ujar Echa penuh haru.
Ternyata, tak hanya dampak negatif yang Echa rasakan, rupanya ia juga mendapatkan hal positif dari pengalaman body shaming yang sering dialaminya.