Berhubung sesi akhir ini fokus dengan sesi reviewing, Psikolog Ayoe Sutomo mencoba menggali cerita dari para penyintas yang hadir apakah ada perubahan mindset atau pola pikir terkait permasalahan yang dihadapi.
Seperti halnya bagaimana sudut pandang penyintas saat ini dalam menilai tubuhnya, bagaimana bentuk pandangan positif dari para penyintas saat ini terhadap dirinya sendiri, dan lain sebagainya.
Beberapa penyintas merasakan perubahan drastis dalam dirinya semenjak mengikuti konseling online "Stop Beauty Shaming" yang diadakan Stylo Indonesia bersama Psikolog Ayoe Sutomo.
Salah satunya ada yang menjadikan grateful journal sebagai pelariannya ketika sedang down, ada juga penyintas yang mulai mencoba menjauhi lingkungan yang membawa vibes negatif untuk dirinya, ada pula penyintas yang menyatakan pelarian terbaik ketika sedang merasa down dan tidak berguna adalah berbagi kepada sesama, dan masih banyak lagi.
Hal ini berarti bagaimana penyintas memandang beauty shaming atau bullying yang ia dapatkan tersebut.
Baca Juga: Fenomena Beauty Sick, Melakukan Usaha Tak Masuk Akal Demi Cantik, Bisa Jadi Gangguan Mental?
Seperti halnya penyintas beauty shaming yang biasa mendapatkan komentar negatif dari keluarga terkait fisiknya.
Apakah dengan memberikan komentar negatif atau cacian tentang fisik, sama artinya dengan anggota keluarga tidak menyayangi diri kita?
Nah, hal-hal seperti itulah yang menurut Psikolog Ayu Sutomo perlu dicatat di jurnal, yakni bagaimana kita memaknai peristiwa beauty shaming yang kita alami.