Fakta Unik Mengenai Tren Kecantikan di Korea Utara, Skincare Tak Kalah Diminati!

By Cerysa Nur Insani, Minggu, 25 Oktober 2020 | 17:20 WIB
Fakta Unik Mengenai Tren Kecantikan di Korea Utara, Skincare Tak Kalah Diminati! (www.scmp.com)

“Kami mendapatkan produk Korea Selatan di sini, tetapi terkadang kami tidak tahu apakah itu asli atau palsu, saya pikir seringkali produk itu palsu,” katanya.

Bagi mereka yang berada di Pyongyang, pilihannya adalah kosmetik China yang banyak tersedia di pasar lokal, kosmetik Korea Selatan yang banyak di antaranya diduga palsu, brand Eropa yang tersedia di department store, dan Pomhyanggi sebagai brand asli Korea Utara.

Kosmetik Pomhyanggi adalah lini produk dari Pabrik Kosmetik Sinuiju.

Pabrik tersebut didirikan pada tahun 1945 dengan tujuan memproduksi pasta gigi, sabun, dan krim wajah untuk pasar lokal.

Pada tahun 2001, fasilitas baru seluas 250.000 kaki persegi dibuka di Sinuiju Selatan, dan Pomhyanggi muncul beberapa tahun kemudian.

Menurut laporan dari kantor berita resmi Korea Utara KCNA, pabrik ini berkonsentrasi pada pengembangan jenis kosmetik fungsional baru berdasarkan sains dan teknologi canggih.

Baca Juga: Tren Perawatan Kulit Wajah 2020: Katakan Hai Pada Kulit Kinclong Tanpa Rasa Sakit!

Salah satu rangkaian dari produk Pomhyanggi. (www.refinery29.com)

Rangkaian produk Pomhyanggi mencakup rangkaian krim untuk wajah dan tubuh dengan berbagai manfaat mulai dari anti-aging, lotion pemutih kulit, serum, serta perawatan rambut untuk melembapkan dan mencegah rambut rontok.

Sebagian besar lotion kulit mereka mengandung essence Kaesong Koryo Insam (ginseng) dan ekstrak herba.

Harganya berkisar dari sekitar USD 3 hingga USD 30.

Produk parfum terbaik Pomhyanggi, Spring Fragrance, terkenal di Korea Utara sebagai hadiah yang biasa diberikan oleh mendiang Pemimpin Tertinggi Kim Jong Il kepada tentara wanita ketika ia mengunjungi unit militer mereka atau kepada artis setelah pertunjukan.

Produk Pomhyanggi sebagian besar dijual di Korea Utara, tetapi beberapa diekspor ke China dan Venezuela, menurut laporan KCNA lainnya.