Indonesian Fashion Chamber Umumkan 5 Desainer Anggotanya yang Akan Maju ke Panggung Fashion Internasional Global Talents Digital 2020

By Ristiani Theresa, Jumat, 28 Agustus 2020 | 12:13 WIB
5 Deretan desainer anggota IFC yang akan maju di panggung Fashion Internasional Talents (Dok. IFC)

Stylo.ID - Global Talents Digital  merupakan acara fashion berskala internasional pertama yang menggabungkan metode online dan offline (hybrid) diluar jadwal musim (off-season).

Acara ini diselenggarakan oleh Fashion Futurum Initiative dengan dukungan Russian Fashion Council serta Mercedes-Benz Fashion Week Russia.

Keberhasilan acara ini mencatat 2.5 juta views pada sosial media, 100+ liputan berbagai media internasional dan ditayangkan langsung pada 100 website di seluruh dunia.

Setelah sukses diselenggarakan pada bulan Juni 2020, Global Talents Digital telah siap dengan edisi keduanya yang akan diselenggarakan pada tanggal 4-6 September 2020 dengan tema baru, SUSTAINABILITY (keberlanjutan).

Para desainer baru dari seluruh dunia akan hadir dengan menampilkan koleksi terbarunya kepada para pelanggan, media, pembeli, penata busana dan pelaku industri lainnya melalui video presentasi, siaran langsung, teknologi Augmented Reality (AR) ataupun Virtual Reality (VR).

Baca Juga: Muslim Fashion Festival 2021 Siap Digelar Offline di Era New Normal!

Konsep sustainability yang diusung dalam koleksi para desainer tersebut mencakup upcycling, recycling, ethical fashion, slow fashion hingga zero waste.

Melalui jumpa pers ini, IIndonesian Fashion Chamber atau IFC dengan bangga mengumumkan 5 desainer anggotanya yang telah lolos kurasi dan akan berpartisipasi dalam pagelaran Global Talents Dogital. Mereka adalah:

1. Gregorius Vici - IFC Semarang Chapter

Alluring Heritage karya Desainer Gregorius Vici (Dok. Gregorius Vici)

Koleksinya yang akan dipamerkan nanti terinspirasi dari limbah bahan batik, yang menjadi object mata pencaharian tambahan oleh salah satu keluarga Pengayuh Becak, dimana bahan tersebut biasa di setorkan ke tengkulak di Pasar untuk dijual.

Seperti yang diketahui, batik merupakan wastra Nusantara yang dibuat secara tradisional dengan beragam hias pola batik tertentu menggunakan teknik celup dan malam atau lilin untuk membatik.

Pengerjaan batik tulis maupun cap tersebut memerlukan waktu yang sangat panjang yakni mulai dari menggambar kemudian menggunakan lilin sebagai sarana membuat gambar serta pencelupan warna yang dilakukan berulang kali sehingga menghasilkan wastra yang mempesona sehingga sampai kain perca nya pun masih memiliki nilai meskipun hanya merupakan potongan saja.

Baca Juga: Pandemi Bukan Penghalang Jalan Berkarya, Simak Tips Tetap Eksis di Masa New Normal dari 3 Fashion Desainer IFC!

Untuk proses batik yang sedemikian rupa dan membuatnya tetap berharga dan indah, kain perca tersebut diolah lagi menjadi sehelai kain melalui teknik patchwarok sehingga menghasilkan bentuk kain yang baru untuk membuat busana tanpa membuang sisa2 kain tersebut.

Pengolahan sisa kain yang didapat berasal dari para penjaja kain batik bekas yang kehidupannya sehari hari adalah pengayuh becak beserta keluarganya yang memang mengandalkan penghasilan dari kain perca tersebut sebagai kebutuhan hidup mereka seharu hari.

Dari sini, tujuan mereka adalah merangkul pedangang kain perca sebagai ke perdulian kita terhadap keberlangsungan hidup ekonomi dan pemberdayaan manusia secara luas

2. Aldrè Indrayana & Cota Cota Studio - IFC Surabaya Chapter

Koleksi busana karya desainer Aldrè Indrayana yang berkolaborasi dengan Cota Cota Studio (Dok. Aldrè Indrayana & Cota Cota Studio)

Pada kesempatan kali ini, Aldrè berkolaborasi dengan Cota Cota Studio membuat illustrasi yang terinspirasi dengan kurangnya privasi di media sosial.

Baju-baju pada koleksi ini banyak yang merupakan upcycled peces dari koleksi-koleksi lama, dan item-item di reject saat quality control (dari banyak merek).

Aldrè suka membuat sesuatu grande dan out of the box. Tapi sayangnya, karena pandemi tim mereka memutuskan untuk menyederhanakan gagasan awal mereka terutama pada siluet wearbility.

Salah satu key peces adalah neckerchief dan scarf yang etrbuat dari limbah kerudung.

Baca Juga: Koleksi Busana Homewear Rancangan Lia Mustafa Agar Tetap Stylish Meski di Rumah Aja

Mereka print dan juga membatik limbah kerudung menjadi scarf, dan neckerchief.

Tak hanya itu, mereka juga membuat beberapa jaket yang terinspirasi dari beskap. Beberapa batik yang dubuat, motif cap batiknya dibuat dari limbah kotak sepatu dan langsung di cap pada baju, bukan kain.

Koleksi ini adalah sebuah usaha menuju fashin yang lebih hijau. Koleksi ini juga akan memiliki video digital show berbentuk Trilogi (Aldri dan Aldrè, dan Aldrie) yang akan dirilis pada event Global Talents Digital.

3. Rosie Rahmadi - IFC Bandung Chapter

Multifunctional Modest Wear karya desainer Rosie Rahmadi (Dok. Rosie Rahmadi)

Terinspirasi dari konsep Rahmatan Lil Alamin, Rosie Rahmadi mengusung koleksi “Kalopsia” pada Global Talent Digital 2020 yang diadakan ole Russia Fashion Council.

Pada acara tersebut, Kalopsia diambil dari istilah Yunani yang berarti khayalan di mana segala sesuatu tampak lebih indah dari yang sebenarnya.

“Dan itulah yang saya rasakan tentang fashion. Seperti sebuah delusi yang Indah di depan, tetapi di balik itu semua ada sesuatu yang sangat mendesak untuk mengurangi konsumerisme berlebihan dan impact limbah fashion yang begitu banyak” Ungkap desainer yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Desainer of The Year di Bali Fashion Week 2019 ini.

Kalopsia terilhami dari konsep boneka kertas yang seringkali ia mainkan di masa kecilnya. “Dulu, aku suka main mix and match boneka kertas. Kita jadi lebih kreatif menciptakan berbagai gaya baru dengan satu atau beberapa item” tambahnya.

Baca Juga: 18 Fashion Desainer Indonesia Sukses Dobrak Pasar Eropa Lewat Ajang

Menurut penelitian, kebanyakan dari orang hanya menggunakan 6-38% dari wadrobe yang mereka miliki. Penelitian lain juga menyebutkan maksimal seseorang menggunakan hanya 50% dari wadrobe yang dimiliki.

Kebanyakan orang merasa pakaian yang dimilikinya tidak lagi up to date dengan trend yang ada, bahan yang kurang nyaman digunakan karena kulitas bahan yang kurang baik, atau karena perubahan bentuk badan karena naiknya berat badan, menurunnya berat badan, hamil, dan lain-lain.

“Multifungsional wardrobe menjawab problem itu. Kenapa? Karena dalam multifungsional desain pakaian dibuat timeless sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama Tanpa terikat dengan trend dalam waktu tertentu.” tambahnya

Mainan boneka kertas yang menginspirasi karya busana rancangan Rosie Rahmadi (Do. Rosie Rahmadi)

Multifungsi merupakah salah satu strategi konsep sustainable yang mampu membuat sebuah pakaian dapat memiliki fungsi dan style yang berbeda beda sehingga memberikan daur hidup pakaian yang lebih panjang. Dengan demikian, pengguna diharapkan tidak cepat jenuh dengan produk dan otomatis menunda pembuangannya.

“Jadi sama halnya dengan konsep boneka kertas saat kecil dulu, satu item yang kita gunakan bisa distyling sedemikian rupa dan dapat digunakan untuk berbagai gaya dan suasana” ujar desainer yang dikenal dengan sentuhan hand touch dalam koleksinya seperti makrame, sulam, atau aksen kepang ini.

Baca Juga: Indonesian Fashion Chamber (IFC) Gelar Acara Rakernas dan Inauguration Show 13 Anggota Baru di Semarang, Jawa Tengah

Kalopsia menggunakan warna warna dengan tone natural dengan bahan utama linen, katun dan viscose, serta tetap konsisten dengan kenyamanan siluet A line & H line sebagai ciri khasnya. Beberapa item makrame sengaja didesain bisa dilepas pasang dengan pakaian lain untuk memberikan kesan yang unik. Koleksi ini terdiri dari beberapa item seperti atasan, tunik, palazzo, outer dan dress yang masing-masing bisa berganti fungsi.

“Diharapkan dari Kalopsia ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat, bagaimana ketika kita kreatif tidak perlu memiliki banyak pakaian, cukup beberapa helai saja tetapi sangat fungsional untuk berbagai kesempatan sehingga konsumsi atas fashion bisa lebih bertanggung jawab” tutupnya.

4. AM by Anggiasari - IFC Bandung Chapter

VALIANCE SPRING SUMMER 2021 karya desainer Anggiasari (Dok. Anggiasari)

AM merupakan Brand Modest Fashion dengan Anggiasari sebagai orang kreatif dibalik karya tersebut. AM membawakan konsep sustainable dengan strategi designnya melakukan daur ulang.

Denim garmen yang reject, cacat dan over stock dari industri lokal dengan kombinasi tekstil yang ramah lingkungan.

Valiance, merupakan tema dari koleksi AM ini, yang berarti kekuatan dan keberanian untuk melindungi. Terinspirasi dari layar kapal yang menjadi sistem pertahanan, yang melambangkan kekhawatiran manusia akan kemajuan teknologi di masa depan.

Baca Juga: Pandemi Bukan Penghalang Jalan Berkarya, Simak Tips Tetap Eksis di Masa New Normal dari 3 Fashion Desainer IFC!

Valiance didesign dengan androgini style, dekonstruksi style, sporty casual diperuntukan wanita atau pria dengan usia 20 – 45 tahun dengan non-formal atmosphere.

Valiance memiliki trapezoid silhouette, material yang digunakan berupa denim reused, katun bamboo, katun tenun tradisional. Warna yang digunakan adalah hitam, biru tua, abu, burgundy, dan hijau.

Detail berupa layer, symmetric-asymmetric, berstruktur, Teknik manipulasi unfinished, shredded, patchwork fabric dan denim washing technique.

5. Emmy Thee - IFC Jakarta Chapter

CHANGES [Spring Summer 2021] karya busana desainer Emmy Thee (Dok, Emmy Thee)

Koleksi ini terinspirasi dari kisah manusia hidup yang dalam ruang dan waktu selalu berubah. Kita diberikan kemampuan spiritual untuk menjaga agar esensi diri tidak berubah dalam ruang dan waktu ini.

Salah satu bentuk CHANGES/ PERUBAHAN digambarkan dalam 3 koleksi yang menggunakan potongan kain persegi yang sama [zero waste pattern] menghasilkan 3 look yang berbeda. Kain/ bahan adalah gambar dari esensi yang tidak berubah, sedangkan perubahan 3 look adalah sebuah kondisi di mana esensi diri ini hidup dalam ruang dan waktu yang selalu berubah.

Changes memakai kain wastra karya artisan local sebagai upaya memelihara budaya dan kelangsungan karya dari para artisan local sehingga dapat berkelanjutan/ sustainable.

Bumi adalah ruang yang berjalan bersama waktu sehingga eksistensi bumi dapat berubah seiring waktu.

Baca Juga: Semarang Fashion Trend Show Hadirkan Rancangan 13 Desainer Anggota Baru IFC dan Indonesia Trend Forecasting 2019/2020

Untuk menjaga bumi ini berkelanjutan/ sustainable adalah tanggung jawab semua orang yang menghuninya.

Dalam hal ini, mereka mencoba menjaganya dengan memakai kain yang diproses dengan pewarnaan alam agar tidak mencemari bumi.

Lalu, mereka menggunakan zero waste pattern dalam upaya mengurangi sampahproduksi yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah [TPS].

Dan selanjutnya, saat ini mereka mencoba daur ulang pakaian bekas dan menjadikannya look yang baru sebagai bentuk dari praktek sustainable fashion.

Contohnya, jacket denim diubah menjadi rok dan celana jeans dijadikan aplikasi baju.

Mereka mendaur ulang denim karena denim menghasilkan banyak sampah dalam proses produksi.

Edisi terbaru dari Global Talents Digital ini terinspirasi konsep keberlanjutan (sustainability) dan keinginan untuk mengedukasi serta menginspirasi dunia tentang konsep tersebut. Oleh karena itu, para desainer diminta untuk menyiapkan 2 video yang terdiri dari tampilan koleksi terbaru dengan konsep sustainability dan video edukasi terkait prosesnya, untuk mengedukasi penonton tentang bagaimana koleksi mereka dibuat menjadi sustainable.

“Sustainability adalah kata yang tertanam kuat pada banyak karya dari perusahaan dan label fesyen. Akan tetapi, proses dari pengembangan konsep sustainability ini belum jelas bagi banyak khalayak umum. Tujuan dari Global Talents Digital pada bulan September adalah untuk mengenalkan penonton dan pelaku industri kepada para desainer baru yang mengusung konsep sustainability dan juga menyajikan informasi dasar yang diperlukan serta berpeluang untuk menjadikan bumi ini tempat yang lebih baik.” – Alexander Shumsky, President of Russian Fashion Council and Mercedes-Benz Fashion Week Russia.

Aspek menarik lainnya dari acara ini adalah konsep ‘see now, buy now’ (lihat sekarang, beli sekarang).

Hal ini membuat penyiaran acara menjadi lebih interaktif. Dengan teknologi QR kode yang digabungkan ke dalam video maka pemirsa/buyers sangat mudah dapat memindai dan berhubungan langsung dengan situs web dari para desainer untuk membeli apa yang baru saja mereka lihat.

Baca Juga: Muslim Fashion Festival 2021 Siap Digelar Offline di Era New Normal!

Meskipun ini sudah menjadi praktik umum di seluruh dunia untuk meningkatkan lalu lintas situs web dan meningkatkan penjualan, namun masih relatif sangat baru diantara brand fesyen di Indonesia.

Pengalaman membuat video dengan metode semacam itu dan sekaligus dapat dilihat audiens dunia dengan teknologi ini untuk pertama kalinya merupakan kesempatan belajar yang sangat berharga bagi 5 desainer IFC ini. (*)