Meski Bekerja di Rumah Saja, Inilah Deretan Efek Work From Home yang Berbahaya Bagi Kesehatan, Intip Cara Mengatasinya!

By Stylo Indonesia, Selasa, 4 Agustus 2020 | 15:35 WIB
Meski Bekerja di Rumah Saja, Inilah Deretan Efek Work From Home yang Berbahaya Bagi Kesehatan, Intip Cara Mengatasinya! (Freepik.com)

Stylo.ID - Pandemi virus corona kini masih melanda di berbagai wilayah di Indonesia.

Oleh karena itu, berbagai kebijakan dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona, termasuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Durasi WFH setiap perusahaan berbeda-beda.

Sebagian besar menjadwalkannya hingga akhir tahun, beberapa menjadwalkannya lebih lama lagi.

Seperti dilansir CNN, beberapa perusahaan yang menyelenggarakan WFH hingga 2021 misalnya Google, Amazon corporate, Universal Music Group, Warner Music Group, Viacom, dan lainnya.

Baca Juga: Tersebar Foto Jadul Seksi Maia Estianty Bersama Ahmad Dhani, Beda Banget dengan Sekarang?

Sementara ada pula perusahaan yang meminta karyawannya untuk tidak perlu kembali bekerja di kantor.

Beberapa di antaranya adalah Facebook, Twitter, Shopify, Zillow, dan lainnya.

Perubahan pola kerja dari yang tadinya di kantor atau lapangan menjadi di rumah tentu memberi banyak dampak positif.

Misalnya, waktu kerja lebih terjadwal, skill teknologi makin terasah, hingga tak adanya stres karena macet.

Namun, benarkah demikian?

Jika WFH dilakukan berkepanjangan, apakah dampaknya baik atau buruk terhadap kesehatan?

Hal ini memang masih menjadi pertanyaan karena sebelum pandemi jarang ada kantor yang menerapkan WFH secara penuh.

Baca Juga: Waspada 8 Tanda Awal Kanker yang Mungkin Tidak Disadari, Sebelum Terlambat!

1. Kurang cocok atau lebih cocok?

Dilansir dari the Conversation, bekerja di rumah membuat para pekerja lebih mudah mengakses makanan dan camilan tidak sehat, yang dalam jangka panjang bisa mengakibatkan obesitas.

Beberapa pekerja lainnya akan duduk di depan layar lebih lama, padahal menatap layar yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada retina.

Pekerja yang WFH juga bisa saja memiliki postur duduk yang salah saat bekerja, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sakit dan cedera punggung.

Pola hidup kurang gerak juga bisa berkaitan dengan banyak masalah kesehatan, termasuk meningkatnya risiko kanker.

Namun, ruang kerja yang suportif di rumah justru dapat menunjang kesehatan pekerja.

Baca Juga: Kulit Iritasi, Memerah, dan Panas? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya dengan Tepat

Misalnya, membuat perencanaan waktu kerja dengan menyelipkan beberapa waktu istirahat.

Jeda itu bisa digunakan untuk beberapa hal, seperti mengajak hewan peliharaan jalan-jalan di sekitar, menyelesaikan cucian pakaian, memasak, atau sekadar peregangan.

Aktivitas-aktivitas ringan yang dilakukan dalam banyak kesempatan dalam sehari bisa membawa dampak positif terhadap fisik dan psikologis seseorang.

Misalnya, 10 menit saja melakukan naik-turun tangga dengan semangat bisa meningkatkan kapasitas paru-paru dan menambah semangat.

Para pekerja harus memiliki kemampuan untuk mengontrol jadwal kerja mereka.

Perusahaan bisa membantu dengan memberi saran desain rumah atau ruang kerja serta perangkat lunak yang dapat menunjang pekerjaan mereka.

Baca Juga: Inul Daratista Tampil Seksi Berbalut Gaun Belahan Tinggi Ketat, Netizen Justru Tak Kenali Wajahnya?

2. Lebih sedikit atau lebih banyak waktu luang?

Commuting atau aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang biasa kita lakukan sehari-hari dari rumah ke kantor membuat kita terdampak polusi serta berisiko mengalami penyakit pernapasan atau masalah kardiovaskular.

Teorinya, bekerja dari rumah seharusnya dapat meminimalisasi risiko itu, baik terhadap fisik maupun psikologis.

Tidak melakukan perjalanan ke tempat kerja artinya menghemat biaya transportasi dan menyimpan lebih banyak waktu, dua hal krusial yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Namun, commuting seringkali memberikan ruang bagi para pekerja untuk membuat transisi antara peran kerja dan tidak-bekerja.

Hal ini penting terutama untuk orang-orang yang berkecimpung di pelayanan jasa yang rumit atau pekerjaan profesional lainnya.

Kehilangan waktu commuting bisa mengaburkan batasan itu dan berisiko memicu stres karena waktu kerja dan tidak-bekerja telah melebur.

Baca Juga: Bak Tantang Virus Corona, Menantu Keluarga Cendana Mayangsari Justru Sesumbar Undang Geng Sosialita Berkumbul di Rumah Mewahnya Tanpa Masker dan Tak Jaga Jarak

Ketika batasan waktu tersebut kabur, waktu kerja berpotensi lebih panjang dan pada akhirnya dapat memicu stres, kualitas tidur yang buruk dan tekanan darah tinggi.

Jadi, untuk membuatnya tetap proporsional, pastikan Anda tetap memiliki periode transisi tersebut.

Ini bisa berarti jalan keliling kompleks terlebih dahulu sebelum bekerja di meja atau memiliki spot khusus di rumah yang dijadikan "ruang kerja".

Perusahaan juga perlu menghormati batasan tersebut.

Caranya, bisa dengan meminta pekerja untuk menetapkan waktu di mana mereka tersedia untuk pekerjaan atau menetapkan batas kebijakan tentang akses email dan telepon di luar jam kerja.

Baca Juga: Punya Anak Bikin Tak Sempat OOTD, Shandy Aulia Kembali Tampil dengan Busana Modis Pamer Perut Seksi

3. Lebih sedikit distraksi atau justru kesepian?

Bekerja dari rumah bisa membuat para pekerja lebih fokus menyelesaikan tugasnya dengan sedikit distraksi.

Mereka juga bisa lebih banyak bertemu anggota keluarganya di luar jam kerja.

Relasi berkualitas antara orangtua dan anak bisa berdampak pada akademik, perilaku dan emosional anak.

Namun, tidak semua orang memiliki hubungan dekat dengan keluarga.

Selain itu interaksi dengan rekan kerja bisa menjadi dukungan tambahan bagi mereka.

Ketika bekerja dari rumah, sebagian orang justru menjadi kesepian.

Pada akhirnya, situasi itu bisa menyebabkan depresi, insomnia dan penyalahgunaan obat-obatan.

Kesepian bisa sama berbahayanya dengan merokok, obesitas dan alkohol dalam hal meningkatkan risiko kematian.

Baca Juga: Kenang Pernah Susah Saat Bersama Sule dan Mendiang Lina, Rizky Febian: Kalau Mau Makan Pinjaman ke Tetangga dan Aku Ditaruh di Gong

Fasilitas virtual cafe di mana antar karyawan bisa berkomunikasi secara virtual secara santai dan melakukan aktivitas rileksasi bersama, misalnya menonton film bisa membantu mengatasi kondisi kesepian tersebut.

Menyesuaikan hari kerja juga bisa menjadi solusi lainnya.

Misalnya, empat hari kerja di rumah dan satu hari kerja di kantor.

Pekerja membutuhkan dukungan

Bekerja dari rumah tidak selalu lebih baik atau lebih buruk terhadap kesehatan karyawan.

Akan lebih baik jika para pekerja dapat memilih keputusan yang lebih bijak dalam hal waktu dan perusahaan mendukung mereka dengan teknologi, perlengkapan kerja ergonomis dan para manager terlatih untuk mensupervisi pekerjaan anak buahnya dari jauh.

Hal terpenting lainnya yang perlu diingat adalah ketika para pekerja diberikan pilihan jadwal dan lokasi kerja, psikologis, fisik dan produktivitas mereja juga bisa jauh meningkat. (*) Justina Stylo.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Efek "Work From Home" Berkepanjangan Bagi Kesehatan?"