Berat Paru-paru Membengkak 3 Kali Lipat, Bukti Kematian karena Covid-19 Itu Nyata dan Bukan Hanya Karena Penyakit Bawaan

By Stylo Indonesia, Jumat, 26 Juni 2020 | 13:40 WIB
Berat Paru-paru Membengkak 3 Kali Lipat, Bukti Kematian karena Covid-19 Itu Nyata dan Bukan Hanya Karena Penyakit Bawaan (www.freepik.com)

Stylo.ID - Masih ada sebagian masyarakat yang menganggap kematian yang terjadi pada pasien Covid-19 disebabkan oleh adanya penyakit penyerta atau faktor komorbiditas.

Namun, sejumlah penelitian telah membuktikan adanya kerusakan yang cukup parah pada bagian paru-paru akibat infeksi Covid-19.

Hal tersebut disampaikan oleh Ahmad Utomo, Ahli Biologi Molekuler Indonesia saat dihubungi oleh Kompas.com pada Kamis (25/6/2020) lalu.

"Sempat ada klaim yang menghebohkan, tidak ada kematian karena Covid-19. Pasien meninggal karena penyakitnya, tentu ini tidak benar," ungkap Ahmad.

Ahmad menegaskan kematian karena Covid-19 adalah nyata yang telah dibuktikan dari sejumlah studi otopsi terhadap jenazah pasien positif Covid-19.

Baca Juga: Lagi Viral: Jamur Enoki Ditarik dan Dimusahkan dari Pasaran Karena Tercemar Bakteri Listeria, Ini Penjelasan Kementan!

Virus SARS-CoV-2 merusak organ paru

Sejumlah artikel dan jurnal penelitian telah menunjukkan bagaimana infeksi virus SARS-CoV-2 ini merusak organ paru manusia.

Penjelasan mengenai studi otopsi pasien dengan infeksi virus corona baru ini juga disampaikan Ahmad melalui video Youtube berjudul Bukti Meninggal Karena Covid19? yang diunggahnya pada 24 Juni 2020.  

Dalam video itu, Ahmad menjelaskan studi otopsi dilakukan para peneliti di Eropa untuk mengungkapkan bagaimana virus corona ini merusak organ pernapasan hingga menyebabkan kematian.

Berat organ paru pada jenazah pasien Covid-19 ditemukan memiliki massa yang jauh lebih berat dari normalnya.

"Umumnya, berat organ paru sekitar 500 gram, tetapi karena terinfeksi virus SARS-CoV-2 ini, beratnya mengalami kenaikan dua kali lipat menjadi satu sampai 1,5 kilogram," kata Ahmad.

Artinya, ini menunjukkan adanya Diffuse Alveolar Damage (DAD), yakni kerusakan pada alveolar, yang juga pernah ditemukan pada pasien SARS.

Namun, lanjut Ahmad, pada Covid-19 ada spektrum tambahan yang juga menonjol yakni terjadinya coagulopathy, pembekuan pembuluh darah paru.

"Ada yang unik dari studi otopsi di suatu rumah sakit di Eropa. Ditemukan dari 12 jenazah (yang diotopsi), ketika diambil sampel swab dari faring, ditemukan virus di 9 pasien dari 12 pasien tersebut," ungkap Ahmad.

Berdasarkan temuan ini, kata Ahmad, ada 3 pasien yang hasil swab menunjukkan tidak ditemukan RNA virus SARS-CoV-2 di lokasi yang sama.

Kendati demikian, saat organ paru dari ketiga pasien itu dibuka, dan peneliti mengambil sebagian kecil sampel dari paru-paru, ditemukan RNA virus.

Baca Juga: Meski Kasus Harian Tembus Seribu Pasien, Indonesia Kalahkan Malaysia Hingga Pepet Posisi China Jadi Negara dengan Pemulihan Ekonomi Tercepat

Ahmad menjelaskan sangat penting untuk mengetahui virus di daerah faring.  

Sebab, jika virus tidak ditemukan pada daerah tersebut, maka kemungkinan virus telah pindah ke bawah atau ke organ lain.

"Bahkan, sebagian studi menyebut, di samping menginfeksi organ paru dan jantung, ditemukan juga (virus SARS-CoV-2) di saluran pencernaan," papar Ahmad.

Dua hal unik dari penyakit Covid-19

Ahmad menyebutkan secara molekuler, ada dua hal unik dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona baru ini.

Pascainfeksi virus SARS-CoV-2, akan timbul banyak bungkus lendir di dalam rongga alveolus yang akan menyulitkan pasien saat bernafas.

"Di samping itu ada juga pembekuan darah di sistem vaskuler. Kombinasi terbentuknya lendir dan pembekuan darah ini, yang akan menjadi masalah bagi pasien Covid-19," ungkap Ahmad.

Studi otopsi telah banyak dilakukan para peneliti di dunia, dengan menggunakan sampel dari 12 jenazah pasien Covid-19.

Bahkan, studi terbaru menggunakan sampel dari 37 jenazah pasien penyakit ini.

Pasien-pasien yang diotopsi tersebut memiliki berbagai riwayat penyakit penyerta, seperti diabetes, penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

Baca Juga: Penumpang Pesawat Bisa Rapid Test di Bandara Soekarno-Hatta, Segini Biaya yang Harus Dibayar!

"Dari hasil otopsi diketahui masalahnya, (yaitu) ternyata paru-paru adalah organ yang paling terdampak (infeksi virus corona SARS-CoV-2)," ungkap Ahmad.

Hasilnya, dari otopsi yang dilakukan, kata Ahmad, peneliti menemukan kesamaan antara pasien yang meninggal akibat Covid-19 dengan kematian akibat SARS, virus corona pertama yang mewabah beberapa tahun silam.

Menurut Ahmad, studi otopsi terhadap jenazah pasien Covid-19 ini sangat penting untuk dipelajari.

Sebab, dengan demikian dapat memberikan manfaat terhadap perawatan untuk mengobati penyakit Covid-19 ini. (*) Cery/Stylo

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kematian Covid-19 Tak Hanya karena Komorbid, Otopsi Tunjukkan Kerusakan Paru" (https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/26/070000623/kematian-covid-19-tak-hanya-karena-komorbid-otopsi-tunjukkan-kerusakan)

Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas