Pascainfeksi virus SARS-CoV-2, akan timbul banyak bungkus lendir di dalam rongga alveolus yang akan menyulitkan pasien saat bernafas.
"Di samping itu ada juga pembekuan darah di sistem vaskuler. Kombinasi terbentuknya lendir dan pembekuan darah ini, yang akan menjadi masalah bagi pasien Covid-19," ungkap Ahmad.
Studi otopsi telah banyak dilakukan para peneliti di dunia, dengan menggunakan sampel dari 12 jenazah pasien Covid-19.
Bahkan, studi terbaru menggunakan sampel dari 37 jenazah pasien penyakit ini.
Pasien-pasien yang diotopsi tersebut memiliki berbagai riwayat penyakit penyerta, seperti diabetes, penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.
Baca Juga: Penumpang Pesawat Bisa Rapid Test di Bandara Soekarno-Hatta, Segini Biaya yang Harus Dibayar!
"Dari hasil otopsi diketahui masalahnya, (yaitu) ternyata paru-paru adalah organ yang paling terdampak (infeksi virus corona SARS-CoV-2)," ungkap Ahmad.
Hasilnya, dari otopsi yang dilakukan, kata Ahmad, peneliti menemukan kesamaan antara pasien yang meninggal akibat Covid-19 dengan kematian akibat SARS, virus corona pertama yang mewabah beberapa tahun silam.
Menurut Ahmad, studi otopsi terhadap jenazah pasien Covid-19 ini sangat penting untuk dipelajari.
Sebab, dengan demikian dapat memberikan manfaat terhadap perawatan untuk mengobati penyakit Covid-19 ini. (*) Cery/Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kematian Covid-19 Tak Hanya karena Komorbid, Otopsi Tunjukkan Kerusakan Paru" (https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/26/070000623/kematian-covid-19-tak-hanya-karena-komorbid-otopsi-tunjukkan-kerusakan)
Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas