Stylo.ID - Belakangan ini manusia seakan haus akan informasi.
Yap, pandemi Covid-19 tentu membuat rasa ingin tahu masyarakat menjadi lebih meningkat.
Namun, beberapa berita buruk juga kian beredar di kalangan masyarakat yang justru membuat kamu menjadi panik saat membacanya.
Bahkan, setelah membaca berita tersebut kamu akan dibuat makin panik, takut dan bahkan mengalami emosi yang meningkat.
Sehingga ada pula anggapan yang menyebutkan bahwa membaca berita buruk bisa jadi pemicu gangguan kesehatan mental, benarkah?
Seperti yang Stylo.ID lansir dari Kompas.com, para ahli mengingatkan, berita atau informasi negatif yang terus menerus kita terima dapat meningkatkan kadar stress dan kecemasan.
Gejala stress yang mungkin tidak kita sadari misalnya saja susah tidur, tidak nafsu makan, takut dan cemas dengan kesehatan kita dan orang-orang tercinta, serta sulit berkonsentrasi.
Stres tersebut bisa dipicu oleh berita tentang Covid-19 yang kita ikuti setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit.
Baca Juga: Benarkah Stres Jadi Pemicu Penuaan Dini Pada Kulit Wajah? Ini Penjelasan Pakar
Bisa dari televisi, internet, atau pun media sosial dan grup percakapan.
“Sayangnya banyak berita-berita yang kita konsumsi setiap hari tidak dilaporkan dengan cara untuk mencegah orang tidak kecanduan,” kata psikolog Logan Jones.
Karena berita-berita utama yang sensasional, menurut Jones, banyak media yang akhirnya hanya fokus untuk mealporkan bencana dan jarang mengangkat berita positif.
“Sering mengonsumsi berita semacam itu, baik aktif atau pasif, bisa sangat toksik, dan apa yang kita baca itu berpengaruh pada mood,” katanya.
Bahkan menurutnya, berita yang kita dengar di latar belakang, juga tetap berpengaruh pada emosi.
Baca Juga: Beredar Hoaks Soal Obat Herbal Bunuh Virus Corona, Ini Cara Menyikapinya Menurut Ahli!
Menurut psikolog Annie Miller, paparan informasi negatif dalam jangka panjang akan memengaruhi otak, sebab ketika kita mengalami perasaan terancam otak akan mengaktifkan respon melawan atau meninggalkan, dan sistem dalam tubuh langsung bereaksi.
“Paparan berita negatif akan mengaktifkan sistem saraf, membuat tubuh melepaskan hormone stres. Lalu, kita akan mengalami respon stress lebih sering,” ujar Miller.
Gejala fisik yang paling sering adalah kelelahan, kecemasan, depresi, dan susah tidur.
Jaga keseimbangan
Seperti banyak hal lain, kunci untuk menjaga kesehatan adalah keseimbangan.
Mengikuti informasi terkini memang penting, tetapi pilihlah sumber berita paling terpercaya dan kredibel serta menyuguhkannya secara seimbang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) informasi yang paling kita butuhkan saat ini adalah bagaimana cara melindungi kesehatan diri dan keluarga.
Baca Juga: Hoaks Atau Fakta? Teh Panas Campur Lemon Bisa Bunuh Virus Corona, Ini Penjelasan Ahli!
Untuk mencegah dampak buruk berita negatif, ambilah jeda dari menonton, mendengar, atau membaca berita.
Buat batasan waktu untuk mencari informasi terkini dari media arus utama atau pun media sosial.
Miller tidak menyarankan membaca berita sebelum tidur supaya kita tak semakin khawatir.
Jika membaca atau menonton berita membuat gejala kecemas atau depresi timbul, hindari sama sekali.
Sebagai gantinya tanyakan pada teman atau keluarga tentang informasi terkini yang kamu butuhkan.
Menurut Jones, konsumsi berita yang positif bukan berarti menghindari realitas, tetapi tentang menciptakan batasan.
“Buat batasan dengan meyakinkan diri bahwa berita-berita bencana itu tidak berpengaruh pada diriku dan tidak mengatur hidupku,” katanya.
Bagi mayoritas orang, mengetahui informasi terbaru setiap hari sangat penting.
Untuk menghindari perasaan takut dan cemas yang sering timbul, lakukan kegiatan yang menyenangkan setelahnya, misalnya melakukan hobi, berbicara dengan teman atau keluarga.
“karena situasinya serba tidak pasti, kita butuh pengalih perhatian yang sehat saat ini untuk tetap menjejak dan tak gampang goyah,” katanya. (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apakah Membaca Berita Buruk Bahaya Bagi Kesehatan Mental?" Editor: Lusia Kus Anna