Namun, gejala pria itu ringan dan para peneliti mengatakan dia tampaknya telah membentuk 'keseimbangan dinamis' dengan virus tersebut.
Disebutkan kalau pasien virus corona tersebut mengunjungi sebuah rumah sakit di Wuhan untuk menjalani tes SARS-Cov-2 pada 8 Februari 2020.
Ia mengaku mengalami dan demam sekitar dua minggu, tapi tidak ada gejala lain seperti batuk dan sesak napas.
Hasil tes pun menyatakan sang pria masih positif mulai dari hari ke-17 sampai ke-49.
Baca Juga: Cara Membersihkan Bagian Kewanitaan dengan Benar, Wanita Wajib Tahu Nih!
Ini menunjukkan bahwa pasien 'menumpahkan' virus selama 49 hari, sebuah istilah ilmiah yang menggambarkan bagaimana orang mengekskresikan penyakit dalam napas mereka atau melalui tetesan bersin dan batuk.
Virus corona baru hasil mutasi ini memiliki toksisitas yang lebih rendah, tidak menular, tetapi lebih sulit untuk dihilangkan. Tampaknya mempengaruhi baik yang muda maupun yang tua.
Para peneliti China telah membahas kemungkinan dua jenis utama SARS-CoV-2, yaitu subtipe L dan subtipe S.
Tipe L lebih lazim yang terdiri dari sekitar 70 persen pada semua pasien dan lebih cenderung menyebar daripada tipe S, peneliti China menemukan.
Seorang dokter bernama dr. Lin Tan bersama rekan penelitinya menyampaikan hal ini secara langsung.
Baca Juga: Produk Makeup Habis? Berikut Tips Membeli Produk Makeup Secara Online
“Kami tidak dapat memastikan bahwa virus yang terkait dengan Kasus 1 adalah tipe S, tipe L yang bermutasi, atau subtipe baru. Tapi, kami tidak dapat mengecualikan subtipe baru asli yang tidak diidentifikasi."
Mereka pun memperingatkan bahwa pasien 'kronis' lain yang mungkin tidak akan diobati karena gejala ringan mereka dapat terus menyebarkan infeksi dan menyebabkan wabah baru. (*) Justina Stylo
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul Bukan Kabar Baik, Update Terbaru COVID-19, Peneliti China Temukan Virus Corona Jenis Baru Bisa Bertahan Sampai 49 Hari