Lihat postingan ini di Instagram
Denica memaparkan bahwa 98 persen perempuan yang membuat pakaian kita tidak bisa menghasilkan cukup uang untuk menghidupi keluarga mereka.
Fakta ini membuat Denica semakin menyadari betapa besarnya pengaruh pilihan kita dalam kehidupan orang lain.
Selain ibu-ibu di desa, praktik fast fashion juga ikut mengorbankan bumi.
“Saya melihat secara langsung dampak buruk bahan kimia yang digunakan untuk membuat pakaian kita. Di mana sungai-sungai berubah warna mengikuti warna tren koleksi fashion terbaru,” Denica berkisah.
Ironisnya, sungai yang tercemar tersebut adalah sungai yang juga mengirigasi makanan kita.
Kondisi ini mendorong Denica untuk mencari jalan yang lebih baik, untuk membantu perempuan pengrajin pakaian dapat keluar dari kemiskinan sekaligus menyembuhkan bumi.
“Tapi saya tahu tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. Jadi, saya memutuskan untuk membangun sebuah usaha sosial untuk mengundang Anda menjadi bagian dari perjalanan membangun dunia yang lebih adil, di mana setiap pembelian mendanai pekerjaan kami di desa,” ujar Denica.
SukkhaCitta dan Rumah SukkhaCitta Foundation
SukkhaCitta adalah usaha sosial yang dibangun untuk menjembatani antara perajin perempuan dengan pekerjaan yang adil dan berkelanjutan.
Dengan konsep fashion berkelanjutan, SukkhaCitta menawarkan koleksi pakaian dengan gaya simpel dan elegan yang dibuat dari bahan dan teknik berkelanjutan serta ramah lingkungan oleh perajin perempuan yang dikompensasi secara setimpal dan adil.
Sebagai usaha sosial, 100 persen dari keuntungan SukkhaCitta diinvestasikan kembali ke dalam program pembangunan desa yang mereka jalankan.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR