“Puji Tuhan klien mulai berdatangan saat weekend. Meski tubuh terasa lelah rasanya happy karena bisa berkarier sesuai passion aku,” tuturnya.
Meski ada penyesalan tidak meniti karier sebagai makeup artist lebih awal, hal itu tidak menyurutkan semangat dan kecintaannya berkarier di dunia kecantikan.
Ia pun selalu berusaha memberikan hasil yang terbaik untuk para kliennya di tengah kesibukannya yang padat.
“Rasa lelah berkarier di berbagai bidang langsung terbayarkan dengan kepuasaan para klien akan hasil kerjaku,” tutur Doris dengan antusias.
Menemukan Rasa Percaya Diri Kembali dari Pengalaman Body Shaming #InspirasiCantik
Menjadi isu sejak dulu, Body Shaming juga tak luput dari perempuan cantik 4 bersaudara ini.
“Aku memiliki bentuk tubuh plus size sejak duduk di bangku SD. Ketika berumur 15 tahun saat aku sedang jalan-jalan, tiba-tiba ada yang bilang “Heh gendut”, mungkin orang tersebut hanya iseng dan aku tidak menanggapi caciannya, tapi di dalam hatiku ada perasaan sedih,” ujar Doris.
Pengalaman tersebut diceritakan Doris membuatnya menutup diri dan tidak percaya diri tampil di suatu acara yang menimbulkan perhatian banyak orang.
“Meski pernah mengalami body shaming, aku bersyukur tidak pernah mendapatkan penghinaan yang sangat parah karena bentuk fisikku,” tuturnya pada Livi Stylo.
Seiring berjalannya waktu, pengalaman body shaming mengajarkan Doris pada banyak hal dalam hidupnya.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR