"Agar dianggap sebagai antiperspirant, produk tersebut harus memblokir keringat dengan mengandung senyawa berbasis aluminium yang membentuk sumbat untuk memblokir kelenjar keringat," terang Dr. Rachel Maiman, MD.
Karena tidak ada senyawa aluminium yang terlihat dari toner ini, maka kemungkinan besar ketiak akan tetap berkeringat.
Meski tak bisa memblokir keringat di ketiak ternyata masih ada bukti bahwa Glycolic Acid bisa mencegah bau.
“(Glycolic acid) membuat pH kulit lebih asam dan mempercepat pergantian sel,” kata Maiman.
Mengingat bahwa pH kulit asam di ketiak bisa membuat bakteri enggan tumbuh.
“Ini juga dapat mengurangi kecenderungan untuk menumbuhkan rambut yang tumbuh ke dalam dan mempercepat resolusi hiperpigmentasi yang cenderung mereka tinggalkan,” lanjutnya.
Ketika dilakukan uji coba, tentu saja ketiak masih berkeringat seperti biasa, tetapi baunya sepertinya sudah terkendali.
Meskipun baunya tidak terlalu menonjol, namun tetap masih tertinggal di baju, sehingga menggunakan toner kandungan Glycolic Acid sebagai pengganti deodoran kurang efektif.
Selain itu penting diketahui bahwa kulit ketiak tipis dan lebih sensitif, serta rentan terhadap gesekan, maka risiko iritasi pasti bisa terjadi karena penggunaan toner kandungan Glycolic Acid di area ini.
Maiman memperingatkan, gejala seperti gatal, kemerahan, atau bahkan sensasi terbakar dapat terjadi saat menggunakan ini.
Menurut dokter Maiman, akan lebih baik memilih produk deodoran yang mengandung asam glikolat, daripada menjadikannya sebagai bahan utama.
ambahnya. Jika Anda menempuh rute itu, penghancur BO seperti Kosas Chemistry Deodorant menggunakan AHA bersama bahan lain untuk memberi Anda yang terbaik dari keduanya.
Nah itu dia Stylovers kata ahli mengenai toner kandungan Glycolic Acid untuk pengganti deodoran.
Semoga informasi ini bisa membantu. (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR