Namun, cita-cita awalnya menjadi fashion desainer membuat dirinya bertekad untuk terus menggeluti passionnya.
"Saya dulu sebenernya ingin menjadi designer, saya sudah suka bikin sketch lalu almarhumah mamah yang bawa ke tukang jahit untuk dijadiin. Tapi my parent also cant afford fashion school, fashion school its a lot money. Jadi lah saya masuk ke jurusan Komunikasi. Tapi mungkin karena panggilan jiwa yaa di fashion, jadinya selalu ada aja jalan," tutur Dina.
Kegigihan Dina seakan dimudahkan jalannya dengan muncul kesempatan untuk menimba ilmu di bidang fashion saat dirinya di New York.
"Alhamdulilah ya, saya akhirnya berkesempatan juga mengambil kursus fashion bisnis di Parsons School, New York. Untuk menambah ilmu, karena kadang kan kita paham apa yang kita kerjakan di lapangan tapi ternyata ada istilah istilah teorinya juga," kata Dina.
Baca Juga: Golden Globes 2020 : 5 Gaun Terburuk di Atas Red Carpet Versi Fashion Stylist Erich Al Amin
Keseruan dan tantangan sebagai Fashion Stylist
Tentunya perjalanan karier seorang Dina Fatimah tak selalu berjalan mulus ya, Stylovers.
Ada pula tantangan dan keseruan yang harus dijalani oleh Dina Fatimah di sepanjang perjalanan kariernya.
"Jadi Personall Fashion Stylist itu harus mengerti karakter client kita masing masing, kita enggak bisa maksa mereka untuk mau bergaya sesuai keinginan kita saja. Harus ada rasa percaya diri dari dalam juga supaya nampak luarnya terlihat keren ya. Dan Fashion Stylist ini ada macamnya, ada personal , ada stylist iklan, TV, movie dan semakin sekarang semakin berkembang dunia fashion stylist ini," jelas Dina Fatimah.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Garis Poetih Raya Festival 2025, Ivan Gunawan dan Para Desainer Siap Bawakan 350 Koleksi
KOMENTAR