Stylo Indonesia - Pandemi Covid-19 telah melanda dunia termasuk Indonesia selama lebih kurang satu tahun.
Di Indonesia sendiri, kasus positif Covid-19 masih dalam kategori angka yang tinggi.
Pertambahan kasus positif Covid-19 yang begitu cepat membuat beberapa sektor perekonomian di Indonesia hampir lumpuh.
Seperti fakta yang tersaji, bahwa hampir tiga perempat rumah tangga (74,3 persen) berpenghasilan lebih rendah daripada di bulan Januari 2020 atau sebelum pandemi.
Kehilangan pendapatan yang lebih besar terjadi pada keluarga dengan anak-anak (75,3 persen) dan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (78,3 persen).
Baca Juga: Tak Kunjung Usai, Ternyata Ini Penyebab Covid-19 Betah di Indonesia!
Selain itu, 12,6 persen keluarga yang disurvei mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga mereka.
Hasil ini berdasarkan lebih dari 85 persen rumah tangga yang disurvei di Indonesia telah menerima sedikitnya satu bentuk bantuan sosial pemerintah dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), menurut survei nasional yang telah diterbitkan.
“Ke depan, kami akan berfokus kepada kebijakan yang bersifat game changer untuk melawan dampak ekonomi dari pandemic," kata Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam sebuah webinar Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Pandemi terhadap Rumah Tangga di Indonesia yang dihadiri Stylo Indonesia pada Kamis (4/3).
Suahasil Nazara menjelaskan kebijakan tersebut akan berfokus pada, pertama intervensi kesehatan yang efektif untuk vaksinasi 185 juta orang.
Kemudian fokus kedua adalah pemulihan ekonomi melalui program perlindungan sosial dan keberlanjutan usaha.
Serta fokus ketiga, reformasi struktural untuk bertahan dan keluar dari pandemi ini.
Sedangkan yang menjadi target utama perlindungan, melalui pendekatan human security, memberikan perhatian khusus pada rumah tangga dengan anak, perempuan, dan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
Hal ini pun telah disetujui oleh Debora Comini sebagai Representative UNICEF.
“Pada 2021 dan seterusnya, kita harus terus menggunakan strategi yang sama untuk cakupan perlindungan sosial dan bantuan tunai bagi mereka yang paling membutuhkan,” kata Debora Comini.
Baca Juga: Waspada Mutasi Virus Corona B.1.1.7 dari Inggris Sudah Masuk ke Karawang, Ini Penjelasan Ahli
Ia juga berharap gabungan semua langkah kebijakan pada saat yang genting seperti sekarang, dapat membantu mencegah lonjakan kemiskinan anak yang ekstrem.
Sebelumnya, diketahui bahwa dari hasil survei oleh United Nations Children's Fund (UNICEF), United Nations Development Program (UNDP), Australia-Indonesia Partnership for Economic Development (PROSPERA), dan SMERU Research Institute melibatkan wawancara tatap muka dengan lebih dari 12.000 rumah tangga di 34 provinsi, menunjukkan setengah (50,8%) dari rumah tangga di Indonesia telah menerima bantuan tunai.
Sebagian besar penerima bantuan adalah rumah tangga termiskin: 90% menerima setidaknya satu bentuk bantuan (tunai dan/atau non-tunai) dan 62% menerima bantuan tunai.
Di Indonesia, Jepang telah memberikan bantuan teknis kepada sektor kesehatan, dan menyediakan perlengkapan medis seperti ventilator, APD dan alat tes PCR, baik secara bilateral maupun melalui organisasi internasional, termasuk UNDP dan UNICEF.
"Jepang juga akan berkontribusi kepada UNDP untuk digitalisasi sistem kesehatan di Indonesia, termasuk sistem informasi data vaksinasi COVID-19,” kata Kanasugi Kenji, Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
Studi komprehensif ini menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga di tengah pandemi COVID-19.
Di mana ditemukan bahwa sebagian besar rumah tangga mengalami guncangan ekonomi yang signifikan, kelompok rentan mengalami gangguan dalam mengakses layanan kesehatan, kelompok lansia dan anak menghadapi tantangan dalam pembelajaran jarak jauh.
Baca Juga: Posisi Tidur Tengkurap Dianggap Efektif Dilakukan Pasien Positif Covid-19, Ternyata Ini Manfaatnya!
Tak hanya itu saja, dampak ini pun berpengaruh terhadap perempuan khususnya ibu rumah tangga, yaitu harus mengambil lebih banyak tanggung jawab atas pendidikan anak di masa depan, akibat penutupan sekolah.
"Berdasarkan temuan kami, kami menyarankan peningkatan bantuan pemerintah lebih lanjut untuk melindungi kelompok rentan selama masa sulit ini, ”kata Athia Yumna, Wakil Direktur SMERU Research Institute.
Menurut, Norimasa Shimomura, sebagai Resident Representative UNDP Indonesia sekarang adalah saat yang tepat untuk kembali bangkit.
"Sekarang adalah saatnya bagi pemerintah, masyarakat madani, sektor swasta, dan komunitas internasional untuk bekerja sama lebih erat, membangun kembali dengan lebih baik, mengembangkan kebijakan dan sistem, dan meningkatkan kesiapsiagaan Indonesia terhadap krisis di masa depan – dengan memastikan tidak seorangpun tertinggal,” kata Norimasa Shimomura, Resident Representative UNDP Indonesia. (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR