“Untuk sheet mask, ada kemasan luarnya, masker, dan terkadang masker dibungkus lagi dengan plastik. Kemasan yang menampung sheet mask seringkali merupakan kombinasi aluminium dan plastik, yang tidak dapat didaur ulang."
Kini akhirnya ada lebih banyak brand yang mencoba menggunakan sumber dan melakukan pengemasan yang berkelanjutan.
Beberapa menggunakan kemasan yang dapat diisi ulang, yang lain menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang.
Salah satu contohnya adalah The Body Shop yang memiliki program daur ulang untuk kemasan bekas produk mereka sendiri dan produk dari brand lain.
Tak ketinggalan, merek-merek mewah pun mulai menyediakan layanan isi ulang.
Dior, Hermes, Hourglass, Chanel, dan Le Labo semuanya memiliki pilihan isi ulang, dan Mugler telah menawarkan isi ulang parfum sejak 1992.
Unilever memiliki refill station yang masih terbatas untuk produk-produk perawatan diri.
Beberapa brand lokal yang memiliki program pendauran ulang pada setiap gerainya adalah BLP dan Sensatia Botanicals.
Namun program serupa juga seringkali diadakan pada berbagai festival kecantikan yang diselenggarakan di Indonesia.
Di sisi lain, biaya yang dibutuhkan untuk bahan dan pengemasan yang etis, sertifikasi label ramah lingkungan, dan tenaga kerja yang dipekerjakan secara etis membuat produk-produk ini cenderung lebih mahal.
Sehingga mungkin produk-produk dari brand sustainable masih belum dapat menjadi pilihan utama bagi mayoritas pengguna produk kecantikan.
Nah, itu dia Stylovers konsep sustainable beauty yang menjadi solusi masalah sampah kemasan akibat tren skincare.
Semoga ke depannya ada lebih banyak brand lokal yang mengusung konsep sustainable beauty dengan harga yang lebih terjangkau, ya! (*)
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Potret Serba Pink Marshanda Kenakan Off-Shoulder Dress, Makin Cantik dan Memikat!
KOMENTAR