Stylo Indonesia - Berbanding terbalik dengan standar kecantikan yang selama ini dianggap ideal, sebagian besar perempuan justru memiliki bentuk tubuh yang tidak termasuk dalam kategori kurus atau langsing.
Tubuh perempuan begitu beragam, dan tidak bisa dibagi hanya menjadi kurus atau gemuk.
Bentuk tubuh perempuan juga sangat dipengaruhi oleh lingkar dada, lingkar pinggang, lingkar pinggul, hingga lingkar lengan yang bervariasi karena lekuk tubuh mereka.
Hal ini membuat kebutuhan akan busana plus-size sangat tinggi, tetapi nyatanya, busana berukuran plus-size masih sulit ditemukan.
Terutama pada toko-toko retail brand pakaian ternama yang tampaknya masih hanya memenuhi kebutuhan perempuan bertubuh kurus atau langsing.
Dilansir dari Teen Vogue, inilah kenyataan mengenai perkembangan fashion plus-size, sebuah market yang luas tetapi kerap dipandang sebelah mata oleh industri fashion.
Akses terhadap pakaian dengan ukuran yang pas menjadi masalah bagi banyak perempuan.
Pakaian berukuran plus jauh lebih sedikit tersedia di toko ritel, bahkan online, dibandingkan pakaian berukuran XS hingga Medium.
Gaya atau model yang bisa dipilih pun jauh lebih sedikit dan terbatas.
Namun, pada akhirnya kebanyakan perempuan dengan ukuran tubuh plus size terpaksa memilih untuk puas dengan pilihan yang ada daripada membuang waktu berbelanja di toko yang membuat mereka merasa diabaikan atau dipermalukan.
Mengapa suplai terhadap pakaian plus size sangat rendah?
Satu petunjuk utamanya adalah para desainer muda tidak pernah dilatih untuk mendesain untuk orang lain selain model yang ukuran tubuhnya paling kecil.
Pada tahun 2016, Parsons School of Design, salah satu sekolah desain terbaik di Amerika Serikat hanya memiliki satu manekin ukuran plus untuk 1.000 siswa.
KOMENTAR