Pasien Nevada tidak dites untuk antibodi Covid-19 pada bulan April, jadi tidak bisa dipastikan apakah dia memiliki reaksi kekebalan yang normal saat pertama kali terkena virus.
Namun, dia dinyatakan positif antibodi pada bulan Juni.
Pengalaman pasien Nevada itu juga menunjukkan bahwa kasus reinfeksi bisa saja bisa lebih serius daripada yang pertama.
Dalam beberapa laporan sebelumnya, orang yang terkena Covid-19 dua kali tampaknya memiliki kasus yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala ketika terinfeksi kedua kalinya.
Ini menunjukkan bahwa infeksi sebelumnya mungkin memberi beberapa perlindungan kekebalan.
Nah, studi baru mempertanyakan apakah efek itu selalu terjadi atau tidak.
Asisten profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina, menjelaskan melalui Twitter bahwa apa yang dialami pasien Nevada bisa jadi kebetulan.
Satu kasus reinfeksi serius dari lebih dari 7,8 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat menurutnya sangat jarang terjadi.
“ Reinfeksi sangat penting untuk membangun sistem kekebalan kita. Tapi seperti apa pun, ketika cukup banyak orang yang terpapar ulang, akan ada kasus langka di sana-sini, di mana seseorang itu bisa saja lebih sakit ketika terinfeksi untuk kedua kalinya," tulis Mina.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Potret Serba Pink Marshanda Kenakan Off-Shoulder Dress, Makin Cantik dan Memikat!
KOMENTAR