"Argumen bisa berujung pada perceraian jika eskalasinya serius, terus bertengkar hebat, saling berdiam diri, menolak bicara, atau saling menyalahkan," ujar psikoterapis berlisensi dari Boca Raton, Florida, Marni Feuerman.
4. Berargumen tentang seks
Kurangnya keintiman bisa menimbulkan suasana hambar dalam sebuah hubungan, bahkan menimbulkan depresi.
Hal ini bisa diawali dengan keinginan berhubungan intim yang ditolak oleh pasangan dan saling sulit menemui kesepakatan.
"Tanpa sentuhan fisik, kita bisa menimbulkan kesan penolakan yang dapat menyebabkan rasa tidak aman, dendam, kemarahan, dan pemberontakan," kata pelatih hubungan selebriti dan pakar seks untuk MyFirstBlush, Laurel House.
Ini bukan berarti frekuensi hubungan intim selalu menentukan tingkat keharmonisan pasangan.
Sebuah penelitian yang dilakukan University of Toronto-Mississauga, misalnya, menemukan bahwa hubungan intim lebih dari satu kali setiap minggunya tidak membuat pasangan bahagia.
Namun, jika hubungan intim jarang dilakukan dalam seminggu, tingkat kebahagiaan berpotensi menurun.
"Keintiman adalah bagian kritis dalam sebuah hubungan. Kurangnya keintiman bisa menimbulkan rasa ketidaktersambungan dalam sebuah hubungan," kata psikolog, pakar hubungan dan penulis "The Ultimate Guide to a Multi-Orgasmic Life", Antonia Hall, MA.
Baca Juga: Sulit Mencapai Puncak Orgasme Saat Berhubungan Seksual, Berikut Ini Penyebabnya!
5. Berargumen tentang keluarga
Argumen mengenai keluarga satu sama lain bisa memicu konflik hebat dalam sebuah hubungan. Sebab, seringkali hubungan keluarga memiliki ikatan yang kuat terhadap seseorang.
Ini menyebabkan seseorang merasa ikut diserang jika keluarganya dikritik.
Menurut pakar kencan untuk LiveAbout.com, Stacey Laura Lloyd, jika ingin mengkritik atau berkomentar tentang keluarga pasangan, cobalah sampaikan dengan sopan dan penuh hormat.
Pikirkan pula perasaan pasanganmu jika kamu menyampaikan kritik tersebut.
6. Saling kritik gaya hidup
Perbedaan gaya hidup seringkali menjadi sumber perselisihan. Misalnya, jika pasanganmu adalah orang yang senang bersosialisasi sedangkan kamu tidak.
Orang yang lebih senang di rumah mungkin merasa dirinya tidak cukup memberi ketika pasangannya lebih suka pergi ke luar. Ini bisa menimbulkan rasa bersalah pada pasangannya yang suka pergi ke luar.
Ketika ada perbedaan gaya hidup seperti ini atau lainnya, cobalah untuk menemukan titik komprominya dan bertemu di tengah-tengah.
Sebab jika kamu dan pasangan saling tidak bisa menjadi pribadi yang fleksibel, maka permasalahan bisa berkembang menjadi lebih besar.
7. Bertengkar tentang uang
Setiap pasangan pasti pernah berdebat mengenai finansial dan ini memang merupakan masalah sensitif.
Namun, ketika kamu tidak bisa sepakat dengan pasangan tentang segala hal dalam finansial, tak menutup kemungkinan masalah tersebut akan menjadi semakin besar.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR