Stylo.ID - Sistem reproduksi wanitalah yang mengatur menstruasi, kesuburan, kehamilan, hingga menopause pada tubuh perempuan.
Setiap organ dalam sistem reproduksi wanita memiliki beragam fungsi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Jika salah satu organnya terganggu, dampaknya dapat mengganggu fungsi organ lainnya dalam sistem reproduksi wanita.
Melansir Cleveland Clinic, bagian organ reproduksi wanita ovarium berguna untuk menghasilkan sel telur. Sel telur tersebut lalu diangkut ke tuba falopi, tempat di mana sel telur bisa dibuahi sperma.
Sel telur yang sudah buahi lalu masuk ke rahim. Begitu berada di rahim, sel telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi janin.
Apabila tidak terjadi pembuahan, lapisan rahim akan meluruh sebagai menstruasi atau haid.
Selain itu, sistem reproduksi wanita secara juga berfungsi mengatur hormon seks dan menjaga siklus reproduksi.
Menjelang menopause atau mati haid, sistem reproduksi wanita secara bertahap mengurangi produksi hormon kewanitaan.
Proses ini diikuti perubahan siklus haid dari tidak teratur sampai berhenti total. Setelah satu tahun tidak haid, wanita disebut mengalami menopause.
Ada beberapa penyakit pada sistem reproduksi manusia yang bisa mengganggu kinerja organ-organnya.
Melansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, berikut sejumlah penyakit pada sistem reproduksi wanita:
1. Endometriosis
Endometriosis adalah masalah kesehatan saat jaringan yang biasanya melapisi rahim tumbuh di tempat lain seperti indung telur, belakang rahim, usus, atau kandung kemih.
Penyakit ini bisa memengaruhi fungsi dan kinerja rahim. Pertumbuhan jaringan tidak normal ini juga dapat menyebabkan nyeri, masalah kesuburan, dan haid yang sangat sakit.
Rasa nyeri karena endometriosis bisa dirasakan penderita di perut, punggung bawah, atau daerah panggul.
Beberapa wanita penderita endometriosis bisa tidak merasakan gejala nyeri atau tidak nyaman di tubuh sama sekali. Salah satu gejala utamanya yang bisa dideteksi adalah susah hamil.
2. Fibroid rahim
Fibroid rahim adalah tumor non-kanker yang kerap diidap wanita usia subur. Fibroid ini terdiri atas sel otot dan jaringan yang tumbuh di dalam rahim, di sekitar dinding rahim, atau rahim.
Penyebab penyakit pada sistem reproduksi ini tidak diketahui. Namun, kelebihan berat badan bisa meningkatkan risiko wanita menderita fibroid rahim.
Gejala fibroid rahim di antaranya nyeri haid hebat, ada pendarahan di luar siklus menstruasi, perut bagian bawah sesak, sering kencing, sakit punggung, dan nyeri saat berhubungan seks.
Fibroid rahim juga bisa menimbulkan masalah reproduksi seperti susah hamil, keguguran berulang, atau persalinan dini.
3. Kanker ginekologi
Kanker ginekologi adalah tumor ganas yang awalnya tumbuh di organ reproduksi. Kanker ginekologi pada wanita biasanya muncul kali pertama di daerah panggul.
Area ini terletak di perut bagian bawah dan di antara tulang pinggul. Berdasarkan tempat awal pertumbuhan kanker, terdapat beberapa jenis kanker ginekologi, antara lain:
Kanker serviks: dimulai dari serviks atau daerah penghubung rahim (uterus) dan vagina
Kanker ovarium: dimulai dari ovarium atau indung telur di setiap sisi rahim
Kanker rahim: dimulai dari dalam rahim atau organ tempat janin tumbuh
Kanker vagina: dimulai dari vagina
Kanker vulva: dimulai dari vulva atau alat kelamin bagian luar wanita.
4. HIV/AIDS
Human immunodeficiency virus atau HIV adalah jenis virus yang menyerang sel CD4 bagian dari sistem daya tahan tubuh. HIV dapat menyebabkan sindrom defisiensi imun atau AIDS.
AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV, ketika sistem kekebalan seseorang rusak parah.
Wanita bisa terinfeksi HIV karena melakukan hubungan seks dengan penderita, atau menggunakan jarum suntik bekas penderita HIV.
Ibu hamil positif HIV bisa mengantisipasi penularan HIV pada bayi dengan melakukan prosedur khusus selama hamil, bersalin, sampai menyusui.
5. Radang kandung kemih
Interstitial cystitis atau sistitis interstitial (IC) adalah radang kandung kemih kronis yang menimbulkan nyeri di kandung kemih atau daerah sekitar panggul.
Radang atau iritasi pada kandung kemih dapat memicu pertumbuhan jaringan parut dan kaku di kandung kemih. Penyakit ini juga lebih sering menyerang wanita ketimbang pria.
Beberapa gejala sistitis interstitial di antaranya rasa tidak nyaman atau sakit di perut atau panggul, sering kencing, ada tekanan di perut atau panggul.
6. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) terjadi ketika kelenjar adrenalin di indung telur menghasilkan hormon pria berlebihan.
Salah satu dampaknya, muncul kista atau kantung berisi cairan di ovarium. Wanita yang obesitas lebih mudah terserang PCOS.
Wanita dengan PCOS berisiko lebih tinggi terkena diabetes dan penyakit jantung.
Gejala PCOS di antaranya tidak subur, nyeri panggul, pertumbuhan rambut berlebih di wajah, dada, perut, ibu jari, atau jari kaki.
Selain itu, tanda-tanda PCOS lain yakni botak atau rambut rontok, jerawat dan kulit berminyak, ketombe, ada bercak cokelat atau hitam di kulit
7. Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah infeksi bakteri, parasit atau virus yang penularannya berasal dari hubungan seks dengan penderita yang terinfeksi penyakit.
Terdapat lebih dari 20 jenis PMS. Penyakit pada sistem reproduksi ini bisa menyerang pria maupun wanita, namun efeknya lebih berdampak pada wanita.
Ibu hamil yang menderita PMS bisa berdampak serius pada kesehatan bayinya. Penggunaan kondom dengan benar bisa menjadi cara mencegah penyakit pada sistem reproduksi wanita ini. (*) Cery/Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "7 Penyakit yang Mengintai Sistem Reproduksi Wanita" (https://health.kompas.com/read/2020/07/23/180300868/7-penyakit-yang-mengintai-sistem-reproduksi-wanita)
Penulis: Mahardini Nur Afifah
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Potret Serba Pink Marshanda Kenakan Off-Shoulder Dress, Makin Cantik dan Memikat!
KOMENTAR