Mereka percaya diri karena selama ini tidak pernah terjadi peristiwa apa pun.
Mereka dengan semangat terus bersepeda tanpa pernah melakukan medical check up.
Padahal, tidak pernah bisa diketahui kondisi tubuh tanpa medical check up.
"Sulit menilai kondisi seseorang secara obyektif tanpa hasil medical check up,” tutur dia.
Baca Juga: Selain Bercinta, Wanita Ternyata Dapat Orgasme Hanya dengan Olahraga Sendirian, Kok Bisa?
Ngos-ngosan
Namun, ada tanda yang bisa dijadikan alarm saat melakukan olahraga, yakni jangan sepelekan gejala ngos-ngosan.
Biasanya ada ucapan begini, dulu saya bisa tapi kok sekarang enggak. Atau ucapan, saya sekarang mudah ngos-ngosan,” kata dia.
Tanda-tanda ini bagi sebagian orang dianggap sepele.
Seperti, karena alasan baru olahraga kembali.
Padahal, bisa jadi itu tanda tubuh mengalami sesuatu.
Untuk menghindari serangan jantung saat berolahraga, tidak ada pilihan lain selain melakukanmedical check up.
Baca Juga: Tak Perlu Olahraga, Simak 8 Cara Mengecilkan Perut yang Mudah untuk Kamu Coba!
Vito mengungkapkan, medical check up memang tidak menjamin seseorang terlepas dari risiko serangan jantung.
Namun 80 persen bisa mencegah.
Indikasi
Lalu bagaimana indikasi seseorang mengalami serangan jantung?
Vito mengungkapkan, orang yang terkena serangan jantung biasanya sakit dada seperti ditekan benda berat.
Rasa sakit itu bisa menyebar ke tangan sebelah kiri seperti kebas dan keram, sampai menjalar ke punggung.
Biasanya disertai dengan keringat dingin.
Namun, ada pula orang yang tidak merasakan gejala tersebut saat mengalami serangan jantung.
Sebab, ada orang yang hanya mengalami sesak nafas saja.
Ketika olahraga, bila seseorang merasa pusing tiba-tiba, dada sakit, jantung berdebar cepat, atau tiba-tiba pingsan, bisa jadi orang tersebut sedang mengalami serangan jantung.
Kalau kita sedang olahraga dan merasakan sakit dada, sesak nafas yang berat, keringat dingin dan ingin pingsan, itu tanda ada sesuatu yang enggak beres,” ungkap dia.
Dalam keadaan seperti itu harus segera mencari pertolongan medis, tidak bisa ditunda-tunda lagi.
"Bila orang tersebut pingsan, rabalah nadinya, kemudian lakukan CPR," kata Vito.
Intensitas sedang
Sementara itu, Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba mengatakan, tidak semua olahraga menyehatkan.
Agar olahraga bisa membuat imunitas seseorang baik, olahraga tersebut harus memenuhi kriteria "FITT", yakni frekuensi, intensitas, time, dan tipe.
Untuk frekuensi, lakukan olahraga 3-5 kali seminggu.
Baca Juga: 112 Orang Positif Terinfeksi Covid-19 Akibat Nekat Olahraga di Tempat Tertutup, Miris!
Intensitasnya ringan ke sedang atau 65-75 persen dari denyut nadi maksimal (DNM) dikurangi umur (220-umur).
Waktunya antara 20-30 menit.
Bila kemampuannya memungkinkan, bisa dilakukan satu jam.
Sementara, untuk jenisnya, Purba merekomendasikan olahraga bersifat aerobik.
Bersepedalah di tempat datar dengan intensitas ringan hingga sedang. Olahraga yang sehat itu, ringan tapi lama. Seperti bersepeda santai atau jalan kaki selama satu jam, tutur dia.
Purba menggambarkan rumus sederhana olahraga sehat, yakni, orang tersebut masih dapat berbicara dengan baik bersama teman di sekitarnya saat berolahraga.
"Tidakngos-ngosan," kata dia. (*) Dinda Stylo
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Potret Serba Pink Marshanda Kenakan Off-Shoulder Dress, Makin Cantik dan Memikat!
KOMENTAR