Waktu perawatan dan pemulihan Dicky menjelaskan, pasien Covid-19 yang sudah parah, yang biasanya diakibatkan oleh penyakit bawaan yang diderita, membutuhkan waktu perawatan dan pemulihan lebih lama darpada pasien Covid-19 yang tidak memiliki riwayat sakit lainnya.
Dicky menegaskan tingginya kasus aktif yang masih ada di Indonesia, bukan semata-mata karena lemahnya sistem medis yang ada, namun lebih kepada kondisi masing-masing pasien yang membutuhkan waktu perawatan cukup lama.
Berbeda cerita, ketika pasien-pasien ini sebelumnya memiliki kondisi kesehatan prima, karena gaya hidup sehat yang dijalankan sejak lama.
Maka kasus komplikasi semacam ini bisa dihindari.
"Proses tidak akan mencederai hasil, semua berbuah dari perilaku sehat yang konsisten," ucap Dicky.
Bagaimana jika kasus aktif terus meningkat?
Dicky tidak menampik adanya potensi sistem kesehatan kita yang akan ambruk apabila kasus aktif ini terus meningkat.
Baca Juga: Selain Kopi, 3 Minuman Ini Ampuh untuk Menghilangkan Kantuk
Rumah sakit dan pusat kesehatan yang kewalahan menangani pasien-pasien Covid-19 yang membeludak tentu akan berpengaruh pada jalannya pelayanan kesehatan yang lain.
Namun, semua itu bisa dicegah dengan terus berupaya melandaikan kurva kasus baru.
Mulai dari melakukan pelacakan, pengujian, mengubah perilaku masyarakat menjadi tertib, dan isolasi.
"Pelandaian kurva dengan intervensi testing, tracing, isolasi, dan perubahan perilaku masyarakat (kesadaran) menggunakan masker, jaga jarak, dan lain-lain. Termasuk menutup sekolah, kantor, dan pembatasan bepergian atau perjalanan," urainya. (*) Justina Stylo.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Angka Kasus Aktif Covid Indonesia Tertinggi di ASEAN dan 18 Dunia, Apa Penyebabnya?"
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR