Para karyawan mengklaim meminta perlengkapan perlindungan namun tidak digubris, sementara mereka yang sudah sakit tetap diminta bekerja.
Informasi tentang penyebaran virus corona juga tidak dijelaskan kepada karyawan, walaupun mereka berisiko menulari keluarga dan masyarakat lain.
Wabah ini menyebabkan orang seperti Julia - dengan ibu yang memiliki penyakit bawaan, ketakutan karena orang tuanya sangat berisiko terkena di tengah usaha mempertahankan
pekerjaan.
"Orang tua saya adalah satu-satunya yang saya miliki dan saya berisiko kehilangan mereka," katanya dengan suara bergetar.
"Saya ingin membagi apa yang terjadi sehingga ada catatan apa yang dilakukan perusahaan," tambah Julia.
Karyawan lain adalah Ahmed, yang menikah dengan Neela, perempuan dari satu negara, Ethiophia yang ia temui di pabrik itu.
Neela tak lagi bekerja di Smithfield sejak Desember lalu karena mengalami kesulitan dalam kehamilan.
Ahmed tetap bekerja di tengah pandemi walaupun ia menyatakan khawatir akan menulari istri yang tengah hamil delapan bulan.
"Smithfield - mereka tak peduli dengan karyawan, mereka hanya peduli dengan uang," kata Neela.
Menurut Kooper Caraway, presiden Sioux Falls AFL-CIO, serikat buruh bertemu dengan pihak perusahaan awal Maret dan meminta mereka mengambil langkah melindungi karyawan, termasuk mengganti jadwal kerja yang padat dan jadwal makan siang, di kantin.
"Ini sebelum ada yang positif di pabrik," kata Caraway.
"Namun manajemen tak bergeming dan tidak mempedulikan permintaan karyawan."
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Cara Benar Membersihkan Dispenser Agar Kualitas Air Minum Terjaga, Mama Milenial Wajib Tahu!
KOMENTAR