Kedua orang tua Julia bekerja di Smithfield dan mereka lah yang memberikan informasi apa yang terjadi di pabrik itu.
Julia adalah satu dari segelintir anak karyawan yang sudah dewasa dan paham akan apa yang terjadi.
Mereka menyebut diri sebagai Anak-anak Smithfield yang mengungkapkan apa yang terjadi pada orang tua mereka di tengah pandemi.
'Orang tua saya tak bisa bahasa Inggris dan tak ada yang
bisa bantu'
Banyak pekerja pabrik adalah imigran.
"Orang tua saya tidak bisa berbahasa Inggris, dan mereka tidak bisa membantu diri mereka sendiri. Harus ada yang membantu mereka," kata Julia.
Sebagian besar karyawan Smithfield adalah imigran dan pengungsi termasuk dari Myanmar, Ethiophia, Nepal, Kongo dan El Salvador. Ada 80 bahasa berbeda yang digunakan di
pabrik itu.
Gaji karyawan diperkirakan antara US$14-16 satu jam.
Jam kerja mereka biasanya panjang dan mereka harus berdiri di lini produksi, dengan jarak yang sangat dekat antara satu dan yang lain.
Keluarga Julia, seperti warga lain di Siox Falls, melakukan apa yang mereka dapat lakukan untuk mencegah tertular Covid-19.
Orang tua Julia menggunakan waktu cuti mereka untuk tetap di rumah.
Setelah bekerja mereka meletakkan sepatu di luar dan langsung mandi.
Bagi Julia, memberi tahu media adalah cara yang dapat ia lakukan untuk menekan pabrik akan tutup dan agar orang tuanya bisa tetap tinggal di rumah.
Namun apa yang dilakukannya menjadi masa penantian tiga minggu yang penuh kekhawatiran.
Orang tuanya tetap diminta datang ke pabrik dan tetap berdekatan dengan karyawan lain saat bekerja, saat istirahat ataupun saat berada di kantin.
Pada saat itu, jumlah kasus di antara karyawan Smithfield meningkat dari 80 menjadi 90 dan kemudian 238.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Cara Benar Membersihkan Dispenser Agar Kualitas Air Minum Terjaga, Mama Milenial Wajib Tahu!
KOMENTAR