Stylo.ID - Tren busana muslim di Indonesia memang kini kian mengalami perkmebangan yang cukup pesat.
Apalagi nantinya Indonesia akan dijadikan sebagai pusat fashion muslim dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Tak bisa dipungkiri, untuk mewujdukan hal tersebut, Indonesia harus berusaha keras dalam memperkenalkan fashion muslim Indonesia ke mata dunia.
Untuk turut mewujudkan cita-cita bersama yakni menjadikan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia, Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah digiatkan dengan progam 'NTB Goes to Moslem Fashion Industry'.
Hal ini mengingat NTB memiliki produk unggulan dibidang Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang layak untuk dikembangkan yaitu Kain Tenun.
Baca Juga: Jakarta Fashion Week 2020: Koleksi Busana Feminin Bertajuk Dear Karya Danjyo Hiyoji
Beraneka ragam jenis dan motif kain tenun khas dihasilkan oleh masing-masing daerah di penjuru NTB.
Dengan data yang ada, NTB pernah meraih penghargaan sebagai World’s Best Halal Tourism Destination serta konsumsi belanja busana muslim di Indonesia tahun 2017 mencapai US$ 20 miliar (sumber: data Global Islamic Economic Index, SWA17 I XXV I 5-18 September 2019).
Oleh karena itu, NTB memiliki kesempatan besar menjadi pelaku utama industri fashion khususnya fashion muslim karena didukung ketersediaan bahan baku dan konsumen potensial yaitu jumlah penduduk yang mayoritas muslim dengan kehidupan religius.
Namun, untuk mencapai target tersebut tentunya diperlukan langkah strategis dalam mendorong peningkatan mutu, jumlah produksi, dan pemasaran busana muslim di NTB.
Sejalan dengan target tersebut, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat bersinergi dengan Desainer Wignyo Rahadi sebagai instruktur menerapkan Program Fashion Product Incubator (FPI) dan Fashion Design Incubator (FDI) yang melibatkan pengrajin busana/penjahit dan perancang busana/desainer sebagai peserta program.
Program FPI ditujukan untuk melatih dan meningkatkan keahlian para pengrajin busana/penjahit di NTB khususnya para lulusan SMK agar dapat menjadi penjahit yang mandiri.
Baca Juga: 18 Fashion Desainer Indonesia Sukses Dobrak Pasar Eropa Lewat Ajang
Program FDI dihadirkan untuk melatih para perancang busana/desainer di NTB agar dapat mengeksplorasi kreativitas dan membuat desain dan diharapkan dapat mengembangkan diri sebagai desainer yang siap bersaing di industri fashion dalam dan luar negeri.
Kedua program ini dilaksanakan selama sepuluh hari pada akhir Oktober 2019 dengan total jumlah peserta sebanyak 40 (empat puluh) orang.
Selama pelaksanaan kedua program tersebut diatas, Bank Indonesia berupaya membentuk linkage antara pengrajin busana/penjahit dengan perancang busana/desainer sehingga diharapkan mampu menciptakan produk yang memiliki competitive advantage.
Bank Indonesia bersinergi dengan Dekranasda NTB menyelenggarakan kegiatan fashion show bertema 'NTB Goes to Moslem Fashion Industry' yang bertempat di Pelataran Masjid
Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB pada awal November 2019.
Baca Juga: Paris De La Mode Fashion School Cetak Desainer Muda yang Sukses Tampil di Paris Fashion Week 2019
Kegiatan dimaksud menjadi puncak dari serangkaian acara dalam rangka upaya pengembangan industri fashion muslim di NTB.
Dalam fashion show ini menampilkan sepuluh outfit karya para peserta Program FPI dan FDI.
Selain itu, pada pelaksanaan fashion show juga menampilkan busana karya desainer binaan BI yaitu Linda Hamidy Grander dan desainer mitra BI yaitu Wignyo Rahadi.
Dalam perhelatan “NTB Goes to Moslem Fashion Industry” ini, Linda Hamidy Grander menampilkan koleksi busana tenun bertajuk “Life in Black and White” yang menggambarkan
kemewahan dalam kesederhanaan hidup. Linda terinspirasi dengan kesederhanaan warna hitam putih, namun begitu mewah dan kuat mampu menggugah emosi.
Koleksi ini menunjukan bahwa kain tradisional pun dapat menjadi pakaian yang terlihat mewah dan berkelas internasional.
Daya tarik kain Pringgasela dan Sukarare menjadi pilihan utama karya Linda dengan menggunakan kombinasi bahan-bahan polos dan bermotif.
Selanjutnya, desainer Wignyo Rahadi menghadirkan parade koleksi busana muslim bertema “Tropical Vibes” dengan menggunakan tenun Pringgasela.
Koleksi ini terinspirasi dari keindahan warna alami pulau tropis dipadukan secara harmonis dengan warna alami tenun Pringgasela, seperti coklat muda, coklat tua, hijau, dan lime green yang dituangkan dalam desain berupa longdress, outer, blouse, dan celana panjang.
Dengan sentuhan modernisasi yang tinggi serta kekuatan dalam memadukan ragam motif dan tekstur tenun serta kombinasi dengan berbagai bahan menjadi ciri khas koleksi dari para desainer tersebut.
“Dengan adanya Program FDI ini dapat menetaskan para desainer bertalenta untuk mengolah kain tenun buatan pengrajin tenun di NTB menjadi busana muslim siap pakai. Lulusan FDI dapat berkolaborasi dengan lulusan FPI dan UKM tenun untuk memproduksi busana muslim siap pakai. Lebih lanjut, kolaborasi ini mendorong pengembangan pemakaian kain tenun NTB yang tak hanya digunakan sebagai kain, namun juga sebagai busana muslim siap pakai dengan ragam pilihan desain dan standar kualitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar domestik, nasional, hingga internasional,” papar Desainer Wignyo Rahadi. (*)
KOMENTAR