Inisiatif ini menjadi cara menarik untuk menghidupkan kembali kunjungan wisatawan yang sempat menurun selama masa pandemi.
Dengan adanya atraksi yang spektakuler ini, diharapkan kegiatan ini dapat berjalan terus dan tetap menjadi magnet untuk para wisatawan yang ingin mengeksplorasi pesona budaya Keraton Kasunanan Surakarta.
"Harapannya kegiatan bisa berjalan terus. bermula dari pandemi, pegunjungnya sedikit, jadi kita beri sesuatu untuk menarik pengunjung" lanjut Gembong Hadi.
Dengan pesona yang begitu kuat dan semangat untuk menjaga kekayaan budaya, Atraksi Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta terus menjadi daya tarik utama kota Solo.
Parade Bergodo yang spektakuler dan beragam warna seragam prajuritnya menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Selain parade prajurit, ada pun tarian keprajuritan yang ditunjukkan.
Tarian ini memanggil para penari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dan berbagai komunitas seni lokal untuk membawa kisah-kisah heroik dari masa lalu.
Salah satu tokoh penting dalam tari keprajuritan ini adalah Suto Wijoyo Aryo Penangsang, seorang pahlawan yang peranannya terkenal dalam Babad Mataram.
"Ceritanya tentang Panembahan Senopati, Babad Mataram, waktu mau menaklukan musuh bernama Aryo Penangsang. Suto Wijoyo setelah menjadi raja, namanya berubah menjadi Panembahan Senopati. Kemudian, berdirilah Keraton Mataram yang berkembang hingga menjadi Surakarta Hadiningrat," jelas KRAT Aris Warsito, Pangarsa Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta.
Tari keprajuritan biasanya ditarikan oleh dua orang penari yang memainkan peran-peran yang kuat dalam cerita ini.
Tari ini menggambarkan pertempuran dan perjuangan yang penuh semangat.