Pengembangan Industri Kecil, Menengah, dan Aneka oleh Kementerian Perindustrian RI

By Cerysa Nur Insani, Selasa, 11 Juli 2023 | 13:30 WIB
Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Dok. Stylo Indonesia)

“Kami berikan fasilitas untuk mengikutsertakan pelaku-pelaku IKM dalam pameran, baik itu di dalam negeri maupun internasional,” papar Reni.

Terakhir, Ditjen IKMA juga memfasilitasi para pelaku IKM agar mendapatkan akses pembiayaan yang lebih murah, lebih cepat, dan tidak terganggu oleh proses-proses penjaminan.

Selain untuk pelaku IKM yang sudah ada, Ditjen IKMA juga ingin menumbuhkan lagi pelaku-pelaku IKM lainnya dalam bentuk kegiatan penumbuhan wirausaha baru.

“Karena potensi sumber daya alam di Indonesia banyak, kemudian kita juga punya bonus demografi, dalam hal ini kesempatan kerja banyak sekali,” tukas Reni.

“Usia produktif berlimpah sampai dengan tahun 2030, jadi kita ingin usia produktif ini mampu menciptakan kesempatan kerja bagi teman-temannya dan minimal dia mampu menciptakan peluang kerja untuk dirinya sendiri,” lanjutnya.

Peran Perempuan Indonesia di Dunia Industri

Reni menyampaikan, saat ini tercatat jumlah pelaku usaha IKM mencapai 4,4 juta unit usaha.

Namun, dari nilai 4,4 juta tersebut, pelaku usaha perempuannya hanya 47 persen dan masih didominasi oleh laki-laki sebagai pemilik usahanya.

Di sisi lain, dari segi jumlah tenaga kerja di IKM hampir 67 persennya adalah perempuan.

“Jadi secara kepemilikan tercatat memang masih dibawah lima puluh persen, tapi untuk pekerjanya memang banyak kaum perempuan,” Reni.

Reni memaparkan, karena umumnya kegiatan IKM ini memang masih dilakukan dekat dengan rumahnya.

Baca Juga: LIMOFF 2023 Hadirkan 109 Desainer Internasional dan Nasional Sinergikan Industri Kreatif Unggulan NTB

“Jadi di sela-sela kesibukan seorang istri ataupun seorang anak yang pulang sekolah itu dia bisa mengerjakan,” tambahnya.

 “Misalnya kalau untuk yang tenun dan batik itu kebanyakan baru fokus dikerjakan di sela-sela pekerjaan rumah tangganya atau ketika sudah selesai rumah tangganya,” papar Reni.

“Dan juga menjahit atau kita kenal dengan konveksi, bordir, sulaman, itu juga banyak pekerja perempuannya,” lanjutnya.

Reni menambahkan, tenaga kerja perempuan banyak dibutuhkan di industri-industri yang berbasis kerajinan atau keterampilan sehingga membutuhkan ketelitian lebih.

Sedangkan laki-laki lebih banyak untuk pelaku IKM yang berbasis logam dan mesin.

“Tapi kalau untuk yang butuh keterampilan seperti produk kriya, umumnya memang pekerjanya ataupun pemiliknya sekalipun adalah perempuan,” tutup Reni. (*)

Baca Juga: Islam Nusantara, Menginspirasi Industri Modest Fashion di Russia Islamic World Kazan Forum 2023