Mengenal Pengobatan Imunoterapi Jadi Harapan Baru Pasien Kanker Paru

By Livia, Senin, 5 September 2022 | 13:00 WIB
Mengenal pengobatan imunoterapi jadi harapan baru pasien kanker paru. (freepik.com)

Stylo Indonesia - Penyakit kanker umumnya bisa disembuhkan jika terdeteksi sejak dini.

Semakin cepat kanker terdeteksi, peluang kesembuhan pasien akan lebih baik.

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional, Merck Sharp & Dohme (MSD) menghadirkan terapi imunoterapi sebagai harapan baru pasien kanker paru

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP menjelaskan, kanker paru adalah jenis kanker yang paling tinggi dialami oleh laki-laki di Indonesia akibat lingkungan dan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok dan polusi sekitar yang tinggi. 

“Gejala pada kanker paru seringkali tidak nampak pada stadium awal, di mana data saat ini menunjukkan 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, pasalnya kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit TBC, karenanya penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk perawatan inovatif terkini sebagai harapan baru pengobatan kanker paru," tuturnya. 

George Stylianou, President Director MSD di Indonesia memaparkan, sebagai perusahaanfarmasi terkemuka, MSD memiliki tanggung jawab untuk berkolaborasi dengan berbagaipemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker, khususnya di Indonesia.

“Di MSD, kami bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif kami dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Kita didorong oleh visi bersama untuk memberi semua pasien kanker lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka,” ujar George.

Dalam webinar media YKI – MSD bertajuk “Imunoterapi: Harapan Baru Pasien Kanker Paru di Indonesia”, YKI menghadirkan Dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik.

Dr. Andhika menjelaskan bahwa 90% dari kasus kanker paru pada pria dan 80% pada perempuan datang dari kebiasaan merokok atau perokok pasif. 

Dr. Andhika mengutarakan, “Berdasarkan studi dari National Institute of Health, USA pada tahun 2019, ditemukan ada hubungan yang jelas antara vaping dan kanker paru. Hal ini berdasarkan penelitian terhadap tikus yang diberikan uap nikotin dari vape, dimana 40 tikus yang tereksposur selama 54 minggu, 22.5% terkena kanker paru dan 57.5% mulai tampak pre-cancerous lesion dari kandung kemih, sementara 18 tikus yang juga diberi uap vape tapi tidak mengandung nikotin, tidak terkena kanker setelah 4 tahun diamati." 

Khusus untuk kondisi kanker paru di tanah air, Data GLOBOCAN 2020 menunjukkan bahwakanker paru merupakan penyebab kematian kanker tertinggi di Indonesia dengan 84 orangmeninggal dan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinnya.

“Sebagai pengetahuan dasar, masyarakat perlu memperhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat. Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi,” ujar Dr. Andhika.

Baca Juga: Daftar 3 Penyakit Kanker Terbesar di Indonesia, Pengobatan Imunoterapi Jadi Harapan Baru Pasien Kanker!

Webinar mengenal pengobatan imunoterapi jadi harapan baru pasien kanker paru. (dok.pribadi)

Dijelaskan gejala awal kanker paru berupa batuk terus-menerus, nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, suara serak atau sesak napas, penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan, batuk darah atau dahak yang berwarna karat, mudah lelah, infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.

Dalam pengobatan kanker paru, Dr. Andhika menjelaskan terdapat pertimbangan yang dianalisis dokter untuk memilih pengobatan kanker paru.

Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya, apakah terdapat komorbiditas, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien.

Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker, alatpenguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK.

Ketiga, untuk memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien dan ketersediaan pengobatan.

Dengan perkembangan sains pengobatan kanker paru di dunia medis, kemoterapi bukan lagi terapi yang tepat untuk semua pasien kanker paru.

Saat ini, untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.

Salah satu terapi imunoterapi yang tersedia di Indonesia adalah imunoterapi PD-1inhibitor yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru yang tidak memiliki mutasi EGFR dimana Programmed Death-1 atau PD-1 merupakan salah satu protein yang bertindak sebagai “pos keamanan” untuk menjaga respons kekebalan tubuh agar tetap terkendali.

Baca Juga: Pengobatan Imunoterapi Diklaim Dapat Kurangi Risiko Kematian Perempuan Karena Kanker!

Bagaimana Imunoterapi PD-L1 inhibitor bekerja:

PD-1 ini bekerja seperti pos keamanan yang dapat mengarahkan pasukan sistem imun (sel-T) untuk tidak membunuh sel kanker karena sel kanker telah menyamar sebagai sel sehat.

Namun, dengan membubarkan pos keamanan PD-1, sel kanker tidak akan bisa menyamar dan sistem imun akan menerima arahan untuk menghancurkan sel kanker.

Dengan cara kerja diatas, Imunoterapi PD-1 inhibitor mengurangi resiko kematian hingga 38% dibandingkan dengan kemoterapi saja.

Imunoterapi PD-1 Inhibitor memberikan harapan hidup jauh lebih lama bagi penyintas kanker paru, terutama jika memiliki ekspresi PD-L1 lebih dari 50%.

Dijelaskan oleh Prof. Aru Sudoyo, terapi imunoterapi telah tersedia di rumah sakit yang melayani pengobatan kanker.

Namun, tidak semua jenis kanker paru dapat diterapi dengan imunoterapi.

Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.

Prof. Aru Sudoyo pun menyampaikan dalam perjuangan melawan kanker, pasien harus terus menjaga harapan, semangat, kesehatan mental dan emosional, didukung olehkeluarga dan lingkungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter agar kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga.(*)

Baca Juga: 5 Manfaat Utama Tanaman Lidah Mertua, AC Alami Hingga Anti Kanker!