Dijelaskan gejala awal kanker paru berupa batuk terus-menerus, nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, suara serak atau sesak napas, penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan, batuk darah atau dahak yang berwarna karat, mudah lelah, infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.
Dalam pengobatan kanker paru, Dr. Andhika menjelaskan terdapat pertimbangan yang dianalisis dokter untuk memilih pengobatan kanker paru.
Pertama, dari status keadaan pasien bagaimana fungsi organnya, apakah terdapat komorbiditas, kepatuhan dalam perawatan, harapan serta preferensi pasien.
Kedua, dilihat dari kondisi tumor seperti stadium kanker, jenis sel kanker, alatpenguji lanjutan yaitu Biomarker prediktif seperti EGFR, PD-L1, dan ALK.
Ketiga, untuk memilih modalitas pengobatan hal-hal yang dipertimbangkan meliputi mekanisme kerja pengobatan, toksisitas yang diharapkan, terapi yang sebelumnya dijalankan pasien dan ketersediaan pengobatan.
Dengan perkembangan sains pengobatan kanker paru di dunia medis, kemoterapi bukan lagi terapi yang tepat untuk semua pasien kanker paru.
Saat ini, untuk beberapa mutasi kanker paru, seperti mutasi EGFR atau ALK, telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.
Salah satu terapi imunoterapi yang tersedia di Indonesia adalah imunoterapi PD-1inhibitor yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru yang tidak memiliki mutasi EGFR dimana Programmed Death-1 atau PD-1 merupakan salah satu protein yang bertindak sebagai “pos keamanan” untuk menjaga respons kekebalan tubuh agar tetap terkendali.
Baca Juga: Pengobatan Imunoterapi Diklaim Dapat Kurangi Risiko Kematian Perempuan Karena Kanker!